Singkat cerita, pada tahun 1986, Blue bersaudara mendapatkan kesempatan unik. Chevron baru-baru ini mengakuisisi Gulf Oil dan sekarang ingin melepaskan sejumlah anak perusahaan, salah satunya General Atomics.
Didirikan pada tahun 1955 oleh fisikawan atom yang telah bekerja di Proyek Manhattan, GA sebagian besar merupakan perusahaan riset yang didanai pemerintah yang melakukan beberapa percobaan nuklir paling canggih di dunia.
Daya pikat awal dari General Atomics bagi Blue bersaudara adalah mendapatkan harga bagus di real estatnya, yakni seluas 424 hektar tanah utama tepat di luar San Diego yang berkembang pesat.
Ketika bernegosiasi dengan Chevron pada tahun 1986, Neal Blue menjanjikan 20% dari perusahaan kepada sekelompok eksekutif, menurut mantan wakil presiden senior David Overskei, tetapi mereka mengingkari. Secara keseluruhan, Blue bersaudara membayar US$ 60 juta pada transaksi ini.
Tetapi penerbangan ada dalam darah Neal Blue dan dia langsung memikirkan strategi untuk menata kembali perusahaan.
"Neal berbicara kepada saya tentang drone dan jenis teknologi lainnya setidaknya dua atau tiga kali seminggu," kata Tom Dillon, yang merupakan wakil presiden senior program pertahanan dari tahun 1984 hingga 1988.
Dari situlah "Project Birdie" dilahirkan: GA mulai membuat drone yang unik dan hemat biaya yang tidak memerlukan manusia di dalamnya karena sistem GPS bawaan.
Pada awalnya, cukup sulit menemukan pelanggan untuk drone GA yang belum diuji. Ketika CIA akhirnya ingin membeli sebuah drone dari General Atomics selama Perang Balkan pada tahun 1993, Linden Blue tidak dapat mempercayai telinganya, menurut Frank Strickland, seorang direktur pelaksana di Deloitte yang bertugas di CIA. Pesawat pengintai GA yang murah tampil mengesankan.
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR