Advertorial
Intisari-Online.com - Sejumlah kota di Indonesia sedang mengalami bencana banjir.
Contoh paling terlihat adalah banjir besar yang terjadi di Jakarta pada awal tahun 2020.
Selain di Jakarta, Samarinda, dan sejumlah kota lainnya, kota Surabaya juga terkena banjir.
Hal ini karenahujan deras mengguyur Surabaya pada Rabu (15/1/2020) sore dan sempat mengakibatkan genangan di beberapa titik lokasi.
Akibatnya,Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terjun langsung memantau kondisi Kota Surabaya saat banjir sempat melanda Kota Surabaya, Jawa Timur.
Kepala Dinas PU Binamarga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati mengungkapkan, datangnya banjir sudah diprediksi sebelumnya.
Sejumlah persiapan pun sudah dilakukan.
Meski ketinggian air sempat mencapai 1 meter,dalam waktu sekitar 2-3 jam, air segera surut.
Risma pun, lanjut dia, juga memang ingin turun langsung ke lapangan saat banjir melanda.
"Karena menurut Ibu Wali, ketika warganya terkena banjir, itu akan semakin menambah miskin mereka karena perabotan mereka bisa rusak dan sebagainya."
"Makanya Ibu Wali Kota juga ikut terjun," katanya ditemui di ruang kerjanya di Balai Kota Surabaya, Kamis (16/1/2020).
Erna menuturkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memang sudah siap dengan berbagai upaya sebagai persiapan menghadapi datangnya musim penghujan.
Pemkot Surabaya, lanjut dia, memaksimalkan 59 rumah pompa saat hujan deras.
Setidaknya, lanjut dia, ada 204 pompa di sana dan semua pompa dipastikan dalam kondisi baik.
Rumah pompa juga di-backup dengan genset untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik saat hujan atau banjir datang.
Setidaknya, ada 111 genset yang telah disiapkan pemkot untuk mendukung kinerja di rumah-rumah pompa tersebut.
"Sebagus apapun pompa kita, kalau listriknya mati misal dalam 10 menit saja, maka air pasti sudah langsung naik (meluap)."
"Nah, itu sudah diantisipasi juga oleh Ibu Wali Kota dengan pengadaan genset," tuturnya.
Selain itu, sebanyak 250 petugas penjaga rumah pompa juga disiagakan begitu hujan deras mengguyur Kota Surabaya.
"Ini sebagai upaya untuk mengantisipasi banjir yang melanda Kota Surabaya," ujar Erna.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga memfungsikan sebanyak 72 alat berat untuk mengeruk saluran mulai dari tengah kota hingga ke laut karena memegang prinsip bahwa air membutuhkan tempat sehingga air tidak naik ke permukaan ketika hujan turun.
"Selama dua tahun dijalani dan harus dikeruk."
"Kalau endapan sungai tinggi, ya harus diulang (untuk dilakukan proses normalisasi)," kata Erna.
Surabaya juga membentuk Satgas Pematusan yang beranggotakan 1.300 orang dan bertugas baik saat musim penghujan maupun musim kemarau.
Saat musim hujan tiba, mereka diwajibkan untuk standby di rumah-rumah pompa, sementara pada musim kemarau, mereka bertugas melakukan normalisasi dan membersihkan gorong-gorong di pemukiman yang tidak bisa dijangkau alat berat.
"Kalau terkait sarana prasarana di Surabaya, Insya Allah semua kondisinya siap."
"Apalagi sama Ibu Wali Kota, pompanya juga sudah diganti yang besar-besar (kapasitasnya) sehingga air surutnya cepat," tegasnya. (Ghinan Salman)
(Artikel ini telah tayang di kompas.comdengan judul "Bu Risma dan Banjir Surabaya yang Surut dalam 3 Jam")