Advertorial
Intisari-Online.com -Masyarakat Indonesia, khususnya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, digemparkan oleh munculnya sebuah kerajaan baru bernama Keraton Agung Sejagat.
Foto-foto terkait kegiatan 'kerajaan' ini beredar di media sosial, termasuk acaraWilujengan dan Kirab Budaya pada Jumat (10/1/2020) hingga Minggu (12/1/2020).
Keraton Agung Sejagat dipimpin oleh Raja Totok Santosa Hadiningrat dan Ratu Dyah Gitarja.
Dengan 'istana' berlokasi diDesa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, dianggap membuat resah masyarakat sekitar.
Terkait kehebohan munculnya sebuah kerajaan baru, masyarakat Indonesia pernah dihadirkan kehadiran sosok Lia Aminuddin di awal periode 2000-an.
Ada beberapa pernyataan Lia Eden yang kontroversial,seperti ingin menyatukan agama Islam, Kristen, dan Yahudi atau melakukan ritual di pantai Selatan untuk memerangi Nyi Roro Kidul.
Masih banyak lagi kisah kontroversial Lia Eden, termasuk saat dirinya mengirim surat khusus kepada Presiden Jokowi.
Berikut kisah lengkapnya.
Takhta Kerajaan Tuhan sendiri berawal dari klaim Lia Eden bahwa dirinya memperoleh wahyu dari malaikat Jibril pada 1997.
Lia meyakini para pengkutnya yang tergabung dalam Komunitas Eden bahwa dirinya adalah seorang Imam Mahdi, sosok yang diyakini akan menghancurkan kezaliman di akhir zaman.
Aksi pertama Lia Eden yang berhasil mencuri perhatian masyarakat Indonesia terjadi pada 1999.
Saat itu, Lia Eden mendatangi Pelabuhan Ratu, Sukabumi, yang termasuk pantai Selatan Jawa, dengan tujuan untuj melawan Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul.
Melalui salat berjamaah selama 45 menit bersama jemaah Salamullah, Lia Eden ingin membinasakan Nyi Roro Kidul, yang menurutnya merupakan lambang kemusyrikan.
"Allahu Akbar. Lepaskanlah hamba dari kutukan Roro Kidul," teriak Lia Eden di akhir ritual sambil menghunus sebilah keris sepanjang 20 sentimeter.
Lia sendiri mengaku memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit. Sebuah kemampuan yang diperolehnya setelah dia shalat Tahajjud.
Meski beberapa kali terlihat mengamalkan ajaran Islam, Lia Eden sebenarnya mengaku ingin menyatuka tiga agama samawi, Islam, Kristen, dan Yahudi.
Hal ini terlihat dari penampilannya yang berubah dari berjilbab ketat, namun kemudian membukanya pada 2005 sambil menunjukkan rambutnya yang sudah dicukur habis.
Pakaian yang dikenakannya mirip dengan pakain ihram pada jemaah haji, yaitu sehelai kain sepanjang 7 meter tanpa jahitan.
Takhta Kerajaan Tuhan, yangsudah dianggap sesat melalui fatwa MUI, sendiri berlokasi diJalan Mahoni nomor 30, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Akibat kegiatan sekte yang dipimpinnya, Lia Eden dua kali dijerat pasal penodaan agama, yaitu pada 2006 dan 2009 dengan masing-masing dihukum 2 tahun dan 2 tahun 6 bulan penjara.
Kapok? Tidak sama sekali, terbukti hingga saat ini Lia dan komunitasnya masih aktif menjalankan ibadah menurut kepercayaan mereka.
Pada 2015, Lia sempat kembali muncul di media massa setelah dirinya mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo.
Saat itu, Lia mengatakan Tuhan tengah membongkar kejahatan di kepolisian di mana kejahatan tersebut akan terbalas di hari penghakiman.
"Sungguh, di hari penghakiman ini tak ada dosa yang akan dibiarkan Tuhan tak terbalas. Perilaku tak terpuji Kepolisian merupakan jalan lebar untuk melakukan pembalikan kepada Kepolisan," ujar Lia Eden, dalam suratnya kepada Presiden Joko Widodo tertanggal 25 Mei 2015.