"Tata ruang (terutama RDTR) belum mengacu pada risiko banjir," katanya lagi.
Selain faktor hujan, infrastruktur wilayah, topografi, drainase juga dinilai mempengaruhi potensi banjir tidaknya suatu wilayah.
Penanganan
Pramono menyebutkan bahwa untuk jangka menengah atau jangka panjang, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah atau meminimalisir risiko banjir di Jakarta.
"Jangka menengah/panjang, situ dibangun lagi (dulu pernah jumlahnya mencapai 1300-an) kini tinggal 250-an," kata Pramono dikutip dari Kompas.com.
"Kalau mau bangun reservoir/bendung mungkin lebih efektif, sistem resapan perlu digalakkan, sistem polder di bag bawah/low land.
Ya sebab utamanya cuaca," sambungnya.
Sedangkan menurut BMKG, banjir tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan dari wilayah DKI Jakarta saja, tetapi juga pengaruh hujan di wilayah sekitarnya.
Sementara, menurut BMKG, ada beberapa langkah antisipasi yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak lebih buruk dari banjir yang terjadi, yaitu:
(Vina Fadhrotul Mukaromah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berikut Analisis Ahli Hidrologi UGM soal Banjir Jakarta di Awal Tahun 2020"
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR