5. Sepuluh tahun berdampingan dengan 10 ular sanca
Berawal dari melihat foto seekor ular kecil di media sosial, pria bernama Munding Aji (30) jatuh hati.
Saat itu usia Munding baru 20 tahun. Ular yang kemudian ia beri nama Syahrini tersebut, ia rawat sepenuh hati.
Sepuluh tahun kemudian, Syahrini tumbuh hingga panjangnya mencapai 9 meter.
Selain Syahrini, pemuda asal Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen itu juga hidup berdampingan dengan sembilan ular lainnya.
Seluruhnya berjenis sanca batik (Pyton reticulatus). Ular-ular tersebut juga diberi nama Shelly, Jenny, Cindy, Vira, Amel, Rambo hingga Faldi.
Baca Juga: Alami Biduran? Ini Cara Atasi Biduran Tanpa Obat, Sangat Mudah!
“Yang paling tua itu Rambo dan Syahrini, sudah 10 tahun, panjangnya sekitar 9 meter dan diameter perut 60 centimeter, tapi kalau makan (ukuran perut) bisa elastis sampai empat kali lipat,” ujarnya.
Hobi Munding mengoleksi ular sempat menuai kekhawatiran. Masyarakat dan keluarga sempat was-was dengan keberadaan ular-ular itu.
"Tapi karena lihat saya biasa saja memegang ular-ular saya, akhirnya mereka penasaran juga, begitu pegang akhirnya jatuh cinta juga,” katanya.
Merawat ular, lanjutnya, bukan perkara sulit. Hanya saja, ia harus mengeluarkan banyak biaya pakan.
Jika dikalkulasi, Munding harus menyediakan minimal 100 ekor ayam atau setara Rp 3 juta untuk pakan ularnya. Bagi Munding, ular-ular itu sudah seperti kawan.
Tak jarang ia tidur dengan ular-ular itu di kandang mereka. “Ular saya sering saya bawa masuk rumah, kadang saya yang sengaja begadang di dalam kandang, pernah juga tidur bareng ular di kandang,” katanya.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR