Ratu Terlibat Dalam Politik
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa, ditambah hukumannya dari parlemen di bulan September akibat perintah Perdana Menteri Boris Johnson dinilai tidak dilandasi dasar hukum yang benar oleh pengadilan utama Inggris.
Ratu Elizabeth II tanpa sadar memainkan peran dalam kegagalan Brexit di musim gugur kemarin, dengan Pengadilan Agung menilai dia selalu berbohong mengenai alasan penutupan musim parlemen.
Sejarawan kerajaan Robert Lacey mengatakan jika peraturan Pengadilan Agung bulan September lebih signifikan lagi dengan wawancara Pangeran Andrew yang menunjukkan pertanda kemungkinan berakhirnya kekuasaan monarki di Inggris.
Atau, jika tidak serta merta mengakhiri berakhirnya kekuasaan monarki, hal ini dapat mengurangi peran monarki dalam upacara dan kegiatan penggalangan dana.
Perlu dipertanyakan apa yang mungkin akan dibicarakan Perdana Menteri Boris Johnson dengan Ratu setiap minggunya jika kekuasaan monarki Inggris 'dikurangi'.
Meski begitu, Ratu Elizabeth tetap mampu bertahan dari semua hal buruk yang terjadi di tahun 2019.
Hal itu disampaikan oleh Dickie Arbiter, sekretaris pers Elizabeth semenjak tahun 1988 sampai 2000.
Dilansir dari Mirror, dia mengatakan jika monarki telah berevolusi lebih dari 1000 tahun, dan banyak hal-hal terjadi melawan kerajaan Inggris tetapi semuanya telah tetatas dengan baik.
Sejarawan Robert Lacey juga mengatakan jika ini mungkin saatnya Pangeran Charels untuk mengambil peran positif lebih banyak.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR