Kegemaranku main piano sejak usia sembilan tahun juga kudapat dari Ibu.
Sejak awal, Ayah sudah bercita-cita agar aku mendalami bidang teknik, dan memang aku sudah mewujudkannya.
Namun, untuk menjadi seorang pianis seperti keinginan guru pianoku yang ambisius, ditentang habis-habisan oleh Ayah. Ia bersikukuh agar aku menjadi seorang insinyur, bukan pianis!
Ibu yang memberiku hadiah piano pada saat aku berusia empat tahun, tidak berkecil hati atas keputusan Ayah.
Bukankah aku juga tidak diarahkan untuk mengikuti suatu kompetisi dunia di bidang musik.
Namun, pengarahan ibuku sebagai "pembina" untuk menyukai musik - dalam hal ini piano – menjadikan kegemaranku ini sebagai keseimbangan yang pas untuk hidupku.
Lagi-lagi, Ibu tampil sebagai pembina yang bijak pada masa aku mengalami masa pra remaja yang menggelisahkan.
Meski ia tak pernah mendorong kelak aku harus jadi apa, namun ada motivasi yang begitu kuat agar aku pandai mengendalikan diri dan fokus pada sekolah supaya tidak gagal dalam pendidikan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR