Advertorial

Ini Fakta tentang Teror Ular Kobra di Musim Hujan, Tak Bisa Diusir Hanya dengan Garam

K. Tatik Wardayati

Editor

 Kemunculan ular kobra yang serentak di berbagai daerah pun membuat penasaran masyarakat. Kenapa mereka banyak bermunculan?
Kemunculan ular kobra yang serentak di berbagai daerah pun membuat penasaran masyarakat. Kenapa mereka banyak bermunculan?

Intisari-Online.com – Beberapa waktu belakangan ini mungkin Anda mendengar berita tentang kemunculan ular kobra di tengah-tengah pemukiman.

Warga menemukan ular kobra di masjid, rumah, dan tempat kos para mahasiswi yang ada di berbagai daerah.

Apa yang menyebabkan banyaknya ular kobra tersebut bermunculan?

Mulai dari Jember, Jakarta Timur, Depok, Surakarta, hingga Klaten. Laporan terbaru tentang kemunculan ular kobra adalah Sabtu (14/12/2019) malam.

Baca Juga: Ramai Teror Ular Kobra Melanda di Beberapa Daerah Indonesia, Ternyata Hanya Tinggal Menunggu Waktu Ular Kobra Akan Bermunculan

Menurut penuturan saksi, ular tersebut muncul di kamar mandi toko sepatu yang ada di Jalan Jawa, kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur.

"Awalnya karyawan toko mau mandi saat magrib, terus kaget ada ular dari saluran kamar mandi, langsung memanggil saya,” kata Adil, salah seorang warga yang juga berjualan di kawasan Jalan Jawa.

"Ularnya seperti ular kobra, tegak kepalanya dan berdesis," tutur Adil.

Kemunculan ular kobra yang serentak di berbagai daerah pun membuat penasaran masyarakat.

Baca Juga: 31 Anak Ular Kobra Ditemukan di Lipatan Karpet Masjid, Inilah 7 Cara Alami untuk Menjauhkan Rumah dari Ular, Termasuk Gunakan Cuka dan Bawang Putih

Banyak yang bertanya di grup percapakan, kenapa ular kobra muncul di musim penghujan dan bagaimana mengatasinya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Kompas.com telah mengumpulkan sejumlah fakta tentang emunculan ular kobra di awal musim penghujan ini.

Berikut ulasannya:

1. Sedang musim menetas

"Si kobra Jawa atau Naja sputatrix ini, memang di awal musim penghujan adalah musim dia menetas. Musim kawinnya kemarin saat awal musim kemarau, lalu mereka (ular) sudah bertelur sekitar tiga atau empat bulan lalu," kata Amir dihubungi Kompas.com, Minggu (15/12/2019).

Baca Juga: Teror Ular Kobra Melanda Beberapa Daerah di Indonesia, Benarkah Menggunakan Garam bisa Menangkal dan Mengusir Ular? Ini Penjelasannya!

"Kemudian periode telur kobra menetas antara 70 sampai 90 hari," imbuh dia.

Amir menjelaskan, induk kobra langsung pergi setelah dia bertelur. Tidak ada parental care dalam perkembangbiakan ular kobra.

Sekali bertelur, induk kobra dapat menghasilkan 10-20 butir telur dan 80 persennya bisa menetas.

Telur-telur itu diletakkan di lubang tanah atau di bawah daun kering yang lembab.

Baca Juga: Mematikan, Ular Kobra Berkepala 2 Ini Bisa Meludahkan Racunnya Tanpa Menggigit, Bahkan Satu Gigitannya Bisa Membunuh 20 Manusia

"Jadi induknya pergi, anaknya dibiarkan. Setelah telur (ular kobra) menetas, anakan ular ini akan menyebar ke mana-mana, termasuk ke pemukiman," jelas Amir.

2. Bisa bayi kobra membahayakan manusia

Ular kobra melumpuhkan mangsanya dengan menggigit dan menyuntikkan bisa pada hewan tangkapan melalui taringnya.

Bisa tersebut dapat melumpuhkan saraf dan otot mangsa hanya dalam beberapa menit saja.

Baca Juga: Viral 13 Ular Kobra Bermunculan Teror Warga di Daerah Klaten, Damkar Sampai Turun Tangan Tangkap Induknya : Ini Panduan Selamatkan Diri dari Ular

"Meskipun masih bayi, ular kobra sudah memiliki kelenjar bisa yang mampu menghasilkan bisa dan berbahaya bagi manusia," terang Amir.

Pakar Toksonologi dan bisa ular Dr dr Tri Maharani, M.Si SP, mengatakan, bisa ular kobra dominan mengandung mycrotoxin, cardiotoxin, neurotoxin, dan cytotoxin.

"Paling banyak yang menyebabkan kematian di Indonesia karena (kandungan) cardiotoxin dan neurotoxin," ujar Tri.

Lamanya waktu hingga menimbulkan kematian ini tergantung dari banyaknya venom yang masuk ke dalam tubuh.

Baca Juga: Kisah Seorang Ilmuwan Relakan Tubuhnya Selama 60 Tahun Digigit dan Disuntikan Racun Kobra, demi Lakukan Eksperimen Besar Ini

"Kalau banyak cardiotoxin dan neurotoxin-nya bisa cepat (meninggalnya), bisa beberapa menit sampai jam," kata Tri.

Jika kerusakan sel tidak diberikan antivenom, maka semua jaringan bisa rusak dan mati, seperti otot pembuluh darah syaraf dan sebagainya.

Venom yang masuk ke tubuh ini akan menyebar lewat kelenjar getah bening.

3. Usir ular dengan garam hanya mitos

Baca Juga: 'Teror' Puluhan Kobra di Beberapa Daerah, Ahli Beri Penjelasan Mengapa Banyak Kobra Bermunculan

Dijelaskan Ketua Taman Belajar Ular Indonesia, Erwandi Supriadi atau yang akrab disapa Elang, mengatakan, menaburkan garam untuk mengusir ular mitos belaka.

"Mitos. Ular bersisik, bukan berlendir,” kata Elang, saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (12/12/2019).

Garam hanya efektif untuk mengusir hewan berlendir seperti lintah dan pancet.

Bahan dapur ini pun tak akan mempan mengusir anakan ular. Namun, garam tak akan berpengaruh bagi ular yang merupakan hewan bersisik.

Baca Juga: Awalnya Hanya Merasa Kesemutan, Kaki Pria Ini Ternyata Digigit King Kobra, Nekat Masih Bisa Berjalan Selama 1 Jam, Kondisinya Mengerikan!

4. Tutup akses dan bersihkan rumah

Elang berpendapat, cara untuk mencegah ular masuk rumah adalah menutup akses.

Misalnya, menutup saluran air dengan kawat baja, bukan aluminium. Alasannya, aluminium bisa dijebol oleh tikus. Selain itu, menutup ruang kosong antara ubin dengan pintu.

"Tutupi space itu supaya ular tidak masuk,” ujar dia.

Selain menutup akses, Amir mengingatkan untuk rajin mengepel rumah dan membersihkan kamar mandi dengan bau yang menyengat.

Baca Juga: (Video) Seperti Mengabaikan Keselamatan Sendiri, Petugas Hutan Ini Memberi Minum Ular Kobra yang Kehausan

"Gunakan pembersih lantai dengan aroma yang menyegat karena ular tidak suka dengan bau yang tajam," terang Amir.

Selain itu, hindari meninggalkan sampah bekas makanan di rumah.

"Sampah ini dapat mengundang tikus yang merupakan salah satu mangsa ular," jelasnya.

Amir juga mengingatkan untuk selalu membersihkan rumah dari tumpukan barang-barang, termasuk perkarangan rumah dari tumpukan daun-daun kering atau material yang menumpuk.

Baca Juga: Berbobot 15Kg dan Panjang 4 Meter, King Kobra Ini Ditemukan di Selokan, Ternyata Sengaja 'Dipelihara' oleh Pihak Berwenang, untuk Apa?

"Tempat tempat itu bisa menjadi tempat persembunyian ular," imbuhnya.

5. Pedoman penanganan gigitan ular berbisa dari WHO

Tri Maharani yang ikut dalam tim pembuat pedoman penanganan gigitan ular berbisa dari WHO, menjelaskan, pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah:

Melakukan imobilisasi atau membuat bagian tubuh yang digigit ular tidak bergerak dan segera membawanya ke rumah sakit.

Baca Juga: Dengan Tubuh Terlilit Ular Kobra, Wanita Ini Berjalan dengan Santai, Rupanya Ini Identitasnya yang Sebenarnya

Lakukan pertolongan sesuai panduan WHO, seperti memberikan anticholinesterase.

  • Anggota tubuh yang terkena gigitan ular jangan sampai dihisap atau disedot.
  • Jangan menoreh atau mengeluarkan darah atau memijat bagian anggota tubuh yang terkena gigitan.
  • Penanganan korban harus tepat secara medis. Oleh karena itu, tidak disarankan menggunakan obat herbal.
  • Jika gigitan dan paparan bisa ular menyebabkan kecacatan pada korban, maka dapat diberikan pelatihan fisioterapi.
Baca Juga: Setelah Digigit Ular Kobra, Pria Ini Masih Bisa Pergi ke Gunung dan Minum-minum, Esok Hari Begini Kondisinya

Tentang ular kobra

Ular kobra atau disebut juga ular sendok adalah jenis ular berbisa dari suku Elapidae.

Disebut ular sendok karena ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya, melengkung menyerupai sendok, apabila merasa terganggu atau merasa terancam oleh musuhnya.

Selain itu, ular yang berukuran rata rata 1,3 meter dan bisa mencapai ukuran panjang 1,8 meter ini juga memiliki kemampuan meyemprotkan bisa atau yang disebut venom.

Baca Juga: Nekat Pegang Ular King Kobra dengan Tangan Kosong, Beberapa Detik Kemudian Pria Ini Tewas

Di Indonesia ada dua jenis ular kobra, yakni kobra Sumatera atau Naja sumatrana dan kobra Jawa alias Naja Sputatrix.

Kobra Sumatera dapat ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kobra Jawa, banyak dijumpai di Jawa, Bali, Lombok, Komodo, Rinca, Sumbawa, dan Flores. (Gloria Setyvani Putri)

Sumber: Kompas.com (Pythag Kurniati, Amalia Zhahrina, Mela Arnani, Nur Rohma Aida, Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Teror Ular Kobra di Musim Hujan, Pemicu hingga Mitos Garam"

Baca Juga: Seorang Ibu Terkejut Mengetahui Putrinya yang Masih Kecil Duduk di Atas Toilet dengan Ular Kobra Berbisa

Artikel Terkait