Asap itu dipakai selain untuk menandakan posisi target dan kode komunikasi, juga buat berkamuflase ketika pesawat tempur mereka hendak mendarat.
Kamuflase ini penting, sebab negara-negara Blok Poros bisa saja telah memata-matai pesawat Amerika dari bawah laut.
Amerika mengistilahkannya sebagai tirai asap dan banyak menggunakannya untuk pendaratan di Eropa serta Kepulauan Pasifik.
Mereka terus memperbesar kemampuan tanki penghasil asap pada pesawat-pesawat mereka, sehingga mampu menyebarkan asap kian lebar, mencapai ketinggian 121 meter dari tanah dan menutupi langit selebar 609 meter.
Dalam hitungan bulan, teknologi tanki asap terus berkembang dari 30 hingga 200 galon, membuat sebaran asap makin luas dan tebal.
Bersamaan dengan inovasi teknologi tanki asap, penelitian dan pengembangan granat asap pun memuncak di Amerika pada Perang Dunia II.
Granat asap pertama diluncurkan pada 1942, dengan tipe M7. Tinggi silindernya sekitar 12 cm, dengan diameter sekitar 6 cm.
Granat itu sanggup mengepulkan asap selama 2 menit dengan bahan sulfur, potasium klorat, dan natrium bikarbonat untuk menjaga suhu agar tidak terbakar.
Granat asap diciptakan dengan berbagai warna sebagai kode.
Sebab, granat itu digunakan pasukan di darat untuk berkomunikasi, seperti menunjukkan lokasi tentara, mengidentifikasi tank-tank Amerika di antara tank-tank musuh, dan sinyal lokasi pesawat untuk mendarat darurat.
Baca Juga: Sering Memasak Nasi Dengan Air Mendidih atau Air Biasa? Ternyata Ini Perbedaan Keduanya
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR