Bahkan, negara China waktu itu menganggap madu yang dihasilkan dari hutan Wanagama merupakan yang terbaik di Asia.
Atas kegigihan itu, dirinya dijuluki "profesor" meski hanya lulusan SD.
Seiring perkembangan madu, dirinya pun keluar dari pengurusan hutan Wanagama, tetapi tetap diminta membantu pengelola hutan Wanagama setiap saat ada yang ingin belajar pengelolaan lebah.
Saat ini perkembangan madu sudah menunjukkan tren positif.
Saat panen pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober, ia dan warga tak perlu takut menjual karena pembeli dari berbagai kota sudah siap menampung.
Saat panen, setiap kotak bisa menghasilkan 3-5 kilogram madu dalam sebulan.
Per kilogramnya dijual seharga Rp 600.000. " Madu di hutan Wanagama tak perlu ditawar.
Dari orang mana-mana itu yang beli.
Mereka sudah tahu kualitas, rasa, dan keasliannya," ucapnya.
Penghasilan yang menggiurkan ini bisa meningkatkan perekonomian warga dan mengurangi potensi keinginan warga menebang pohon di hutan.
"Istilahnya untuk menanggulangi kerusakan hutan juga," ucapnya. (Markus Yuwono)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Purwanto "Profesor Lebah" dari Yogyakarta, Temukan Madu Terbaik di Asia
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR