Sebuah penelitian mengemukakan bahwa waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari adalah siang hari.
Sebab, pada waktu inilah risiko kanker kulit jenis cutaneous malignant melanoma (CMM), justru berada di angka yang paling rendah.
Selain itu, paparan sinar matahari yang didapatkan antara pukul 10.00 hingga pukul 15.00, dapat memicu produksi vitamin D, yang dapat bertahan dua kali lebih lama dalam darah, jika dibandingkan dengan vitamin D yang dikonsumsi dalam bentuk suplemen atau makanan.
Meski begitu, di jam-jam tersebut, risiko kulit terbakar matahari juga akan meningkat karena sinar matahari cukup menyengat. Sehingga, kita perlu membatasi waktu paparan.
Jangan terlalu lama berada di bawah sinar matahari
Waktu ideal terkena paparan matahari, hanyalah 5-15 menit setiap harinya. Itupun bisa didapatkan saat melakukan kegiatan sehari-hari, seperti berjalan saat siang hari.
Baca Juga: Studi: Bukan Uang, Kebahagiaan Sebenarnya Ternyata Terkait dengan Sinar Matahari
Kita tidak perlu meluangkan waktu khusus untuk berjemur, demi mendapatkan vitamin D yang dibutuhkan.
Paparan sinar matahari di wajah, tangan, atau lengan sebanyak dua hingga tiga kali seminggu, sudah cukup untuk menjaga kadar vitamin D di tubuh.
Lagipula, Indonesia adalah negara tropis yang dekat dengan garis khatulistiwa. Sehingga, kita tidak perlu banyak waktu untuk berjemur.
Jadi sebenarnya, kekurangan vitamin D adalah hal yang relatif jarang dialami masyarakat Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR