Jika ditanyakan apakah mereka yang mengalami poligami setuju mengalami poligami mereka umumnya setuju berbeda dengan wanita yang monogami mereka tidak setuju untuk dipoligami.
Penelitian di Turki yang juga membandingkan kehidupan wanita yang dipoligami dan monogami mendapatkan bahwa wanita yang dipoligami ternyata lebih mudah mengalami gangguan kejiwaan, lebih mudah mengalami stress dibandingan wanita yang dipoligami.
Berbagai penelurusan artikel ilmiah ini mendapatkan bahwa memang akhirnya para istri yang dimadu akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan wanita yang tidak dimadu.
Kadang kala memang wanita memilih untuk dicerai dari pada dimadu tetapi pertanyaannya apakah wanita yang tidak bersuami lebih sehat dibandingan dengan wanita yang perkawinannya tidak memuaskan misal karena dimadu.
Satu survei yang dilakukan oleh Chung dan Kim dari Universitas Yonsei Korea Selatan dan baru saja dipublikasi beberapa hari lalu di Jurnal PlosOne melihat hubungan antara perkawinan dan kepuasan perkawinan dengan kesehatan.
Ternyata pasangan yang puas dalam perkawinannya akan lebih sehat dari pada seseorang yang belum menikah.
Tetapi seseorang yang menikah dan tidak puas dengan perkawinannya mempunyai permasalahan kesehatan yang sama dengan orang yang tidak menikah.
Hal inilah yang menghasilkan kesimpulkan bahwa kepuasan perkawinan merupakan hal yang penting untuk kesehatan dibandingkan perkawinan itu sendiri. Survei besar ini melibatkan 8.538 orang dari China, Jepang, Taiwan dan Korea dan dipubliksi di jurnal PlosOne bulan Agustus 2014.
Kembali lagi akhirnya menjadi buah simalakama buat seseorang yang dimadu: tetap meneruskan perkawinan dan dimadu atau minta bercerai dari pada dimadu. Keputusan yang diambil sama-sama akan membawa dampak buat kesehatan mereka.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR