Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa kita perlu menganggap kehilangan sahabat karib dengan lebih serius serta mengubah cara kita dalam mendukung orang-orang yang menderita duka cita seperti itu.
Teman merupakan kerabat psikologis, yang berarti, Anda bahkan mungkin memiliki ikatan yang lebih kuat dengan teman Anda daripada orang yang terikat karena hubungan darah dan pernikahan.
Jadi ketika seorang teman meninggal, tekanan psikologis dan emosional yang dialami bisa sama buruknya dengan ketika mengalami kematian kerabat.
Dari analisi menunjukkan bahwa jika Anda tidak aktif secara sosial, kematian seorang teman dapat membuat dampak kehilangan menjadi lebih buruk.
Ketika lingkaran sosial Anda mengecil, Anda menjadi kurang tahan terhadap kesedihan karena Anda kehilangan sumber utama dukungan emosional dari jaringan sosial Anda.
Menentang mitos
Mitos bahwa perasaan sedih dan kehilangan berkurang jauh setelah satu tahun juga perlu ditentang.
Meski ada peningkatan dalam kesehatan dan dalam melanjutkan kehidupan sehari-hari, efek jangka panjang pada kesehatan mental dan kesejahteraan hidup tidak dapat diabaikan.
Kondisi ini menjadi lebih mengkhawatirkan pada kehilangan yang tidak diakui, sebab yang dirasakan tidak hanya ada efek jangka panjang yang bertahan lama, tetapi juga ditambah dengan sedikitnya pengakuan bahwa kehilangan yang dialami itu signifikan.
Para profesional kesehatan mental dan atasan sekarang ini harus mengakui dampak signifikan kematian seorang teman terhadap seseorang dan menawarkan layanan dan dukungan yang sesuai.
Bantuan psikologis yang diterima orang yang sedang kehilangan tidak sama di seluruh dunia, hal ini perlu diubah setelah kita mulai menerima pandangan bahwa teman dekat dapat dianggap sebagai kerabat psikologis seseorang.
(Artikel ini sudah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul “Studi: Kematian Teman Dekat Sama Traumatisnya dengan Kehilangan Keluarga”)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR