Namun ada juga yang menanyakan motifnya mempublikasikan video karena konten tidak 'peka', serta adanya kemungkinan video dengan sengaja diedit, dipublikasikan dan kemungkinan diuangkan.
Talens selanjutnya membuat video baru dengan judul "Ano Ba Nangyari Sa Dade Ko" (What happened to my father) yang berisi pembelaannya terhadap kritik.
There is this vlogger Keith Talens who had just lost his father and I understand how heartbreaking it was (i lost mine too). But is the death of your father really necessary for you to make it a content of your vlog and post it in social media?
— Ping Guerrero❌ (@gabrant001) 16 Juni 2019
I don’t know the full Keith Talens story but I think it is completely disrespectful to show your fathers body to the camera. If your intention was to showcase your planned surprise, then you should’ve cut the video by the time you saw your father.
— ???????????????????????????????????????? ???????????????????????????????????????? (@whenisaynassif) 16 Juni 2019
"Aku bukanlah orang yang membuat vlog tentang ayahku saat tahu dia sudah meninggal," ujarnya dalam bahasa Filipina.
"Dan memalsukannya?"
"Aku bahkan tidak berpikir aku mampu membuat blog lagi," dan video ini setelah diunggah sehari setelah video yang lama, telah ditonton 1,5 juta kali.
Kebijakan konten YouTube secara umum tidak memperbolehkan gambar atau konten mengerikan, dan walaupun video Tallens tidak melanggar aturan tersebut, penonton menangkap sedikit dari jenazah ayah Tallens.
Saat ini yang menjadi pertanyaan, apakah vlogging menjadi bentuk sehat dari berduka?
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR