Sebaliknya, pengalaman yang paling jarang dirasakan adalah pikiran yang lebih cepat (5 persen) dan penglihatan masa depan (4 persen).
Sepertiga dari responden juga mengaku mengalami sensasi pemisahan roh dan akhirnya kembali lagi ke tubuh.
"Ini menunjukkan bahwa pengalaman mendekati kematian selalu bermula dari keluar dari tubuh fisik dan berakhir saat kembali lagi," kata Martial, seperti dikutip Science Daily, 26 Juli 2017 lalu.
Tidak benar-benar mati
Sayangnya, pengalaman 154 orang ini hanya mengungkap rasanya mati suri dan tidak bisa dijadikan kesaksian tentang kehidupan setelah kematian.
Pasalnya, menurut sains, seseorang yang mengalami mati suri mungkin sebetulnya tidak benar-benar mati.
Ada seorang dokter dari Oregon Emergency Room yang bernama Mark Crislip.
Crislip pernah menelaah hasil elektroensefalograf (EEG) terhadap pasien-pasien yang disebut mati suri.
Untuk diketahui, EEG merupakan metode untuk merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala dan mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam otak.
Hasilnya, mayoritas pasien-pasien yang disebut mati suri ini dalam studi Crislip tidak benar-benar mati.
Hanya sedikit pasien yang memiliki garis datar atau otaknya benar-benar mati saat mati suri.
Itu pun paling lama hanya terjadi selama 10 detik sebelum pasien sadar kembali.
Baca Juga: Ibunya Memasak Sambil Video Call, Balita Ini Terguyur 9 Liter Air Panas hingga Alami Syok Toksik
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR