Kurang lebih empat puluh bacokan bersarang di tubuh Suhendro, sebelum Si dan kawan kabur seraya membawa barang-barang milik LS.
Melihat Suhendro belum juga mati, LS kembali mendatangi ketiga orang itu, yang sudah siap kabur lagi dengan baja) dan mengatakan bahwa Suhendro belum mati.
Tapi Si dan kawan-kawan malah mengatakan, "biar saja, nanti juga mati sendiri," lantas pergi.
Ternyata memang benar Suhendro tidak mati. Ia hanya pingsan. Kurang lebih satu jam kemudian, laki-laki ini sadar, lalu minta pertolongan pada teman sekosnya.
Suhendro dibawa ke RS Husada. Nyawa Suhendro berhasil diselamatkan. Dua minggu ia berada di rumah sakit itu.
Tapi, akibat bacokan Si dan kawan-kawan, jari manis tangan kanannya putus. Demikian juga dengan kelingking di tangan kirinya. Sementara matanya rusak.
Mana yang benar?
Mana di antara keterangan LS yang benar, yang diberikan ketika perkara ini telah disidangkan atau keterangan sebelumnya, memang tak bisa dipastikan sekarang.
Namun yang jelas, LS menyatakan, betapa ia sangat menyesal atas kejadian itu.
"Tolong sampaikan pada Suhendro, saya menyesal sekali. Kalau diberi kesempatan, saya ingin balik padanya. Saya masih mencintai Suhendro. Sungguh!" tuturnya.
Tapi Suhendro menyatakan tak lagi menyukai wanita itu.
"Kalau saya kembali padanya, sama dengan bunuh diri," tukasnya.
Sayangnya, sampai artikel ini diturunakn, belum ditemukan berita lebih lanjut mengenai kasus ini.
Artikel ini sudah tayang di Tabloid Nova edisi 15 Mei 1988 dengan judul Ingin Kembali Setelah Menganiaya.
KOMENTAR