Ia juga meminta Awkarin menghapus semua pos yang kontennya melanggar hak cipta pekarya, mengingat pembuatan karya melibatkan kerja keras, membutuhkan apresiasi, dan seharusnya dapat berpotensi membuka kesempatan pekarya mendapat pekerjaan.
Dalam infrografisnya Nadiyah menulis, banyak pekerja kreatif yang penghidupannya bergantung dari media sosial.
Dengan demikian, mengepos karya tanpa kreditasi dan persetujuan senimannya berarti mencuri kerja keras, apresiasi, dan mencuri kesempatan sang seniman untuk mendapat pekerjaan.
Merespons komentar Nadiyah yang menurutnya menggiring opini, Awkarin meminta bukti persoalan yang dikemukakan Nadiyah.
"Dear Nadiyah, saya tunggu buktinya 1x24 jam ya. Saya ingin pertanggungjawaban dari ucapan kamu."
"Saya lagi males ribut-ribut ditontonin. Saya sudah DM kamu untuk minta contact kamu, nanti saya dateng + lawyer saya aja ke Bandung. Kita bisa bicara baik-baik," tulis Awkarin.
Tidak lama kemudian, sekitar 4 ribu cuitan akun Twitter Nadiyah @NadiyahRS lenyap, menyisakan beberapa cuitan dengan multimedia saja.
Kondisi ini menuai berbagai respons, mulai dari ramainya dukungan untuk dari Nadiyah, termasuk dari akun Twitter berpengikut masif, dan cacian pada akun Awkarin.
Selama persoalan Nadiyah dan Awkarin mengemuka, dukungan pada Nadiyah atas keberaniannya menuntut hak sebagai pekarya didukung sutradara Wiro Sableng, Love for Sale, dan Filosofi Kopi Angga Dwimas Sasongko, sutradara dan komika Ernest Prakasa, animator dan komika Ryan Adriandhy, dan lain-lain.
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR