“Mental itu ciri-cirinya (berpikir) kayanya saya harus berhenti deh, takut cedera. Banyak yang ditakutkan, padahal fisik kuat,” ujarnya pria tegap itu ketika ditemui Intisari di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.
Selain itu, berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh US National Libray of Medicine – National Institutes of Health, pemanasan bisa mengurangi risiko kemungkinan cedera muskuloskeletal (sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang).
Keringat pertama
Ada pemanasan, ada juga stretching (peregangan). Namun, tak sedikit orang yang menganggap keduanya serupa dan memiliki tujuan yang sama, yaitu menyiapkan fisik untuk memulai berolahaga. Padahal, kedua jelaslah sangat berebda.
Stretching sendiri bertujuan untuk membuat otot agar lebih siap menghadapi menu latihan dengan mobilitas dan fleksibilitas tinggi. Melalui stretching-lah otot-otot yang tadinya mengeras bisa meregang kembali.
Stretching sebelumnya dibagi menjadi dua, yaitu statis dan dinamis yang keduanya punya kegunaan masing-masing. Saat hendak berolahraga stretching dinamis sangat dianjurkan ketimbang statis. Apa pasalnya?
Ternyata stretching statis bisa menurunkan tingkat adaptasi otot setelah melakukan pemanasan. Sedangkan stretching dinamis justru sebaliknya, membuat otot lebih mantap untuk memulai olahraga. Yang tak boleh keliru, sebaiknya stretching ini dilakukan setelah melakukan pemanasan.
Gerakannya bisa macam-macam, alias tidak baku seperti halnya pemanasan. “Kalau saya biasanya point to point, misalnya jarak 10 meter kita bergerak dari point A ke point B, bergerak sambil mengangkat kaki ke arah dada terus melangkah, jadi ada beberapa gerakan yang dinamis tapi memerlukan jangkuan tubuh yang panjang,” jelas pria lulusan pascasarjana Ilmu Olahraga dari Universitas Negeri Jakarta itu.
Rachmat menegaskan, setiap olahraga sebenarnya membutuhkan stretching, tapi tidak dianjurkan statis. Sebab, selain mengurangi adaptasi otot, stretching jenis itu juga bisa menurunkan denyut jantung.
Yang perlu dipahami, bagi seseorang yang memiliki tingkat fleksibilitas yang baik, contohnya mampu menyentuh lutut menggunakan dahi, sebaiknya harus tetap melalukan stretching sebelum berolahraga. Sebab tingkat adaptasi saat berolahraga hanya bertahan selama 48 jam.
Artinya, setelah lewat batas waktu itu otot akan kembali ke keadaan semula. Kesimpulannya, tanpa pemanasan dan peregangan, Anda tak hanya berisiko cedera, tapi juga membatasi rentang otot- otot yang pada akhirnya berujung pada nyeri dan kaku otot.
Nah, selain tata cara pemanasan dan stretching yang tak boleh keliru, durasinya pun perlu diperhatikan. Misalnya jangan sampai terlalu lama atau terlalu cepat saat melakukan pemanasan.
Penulis | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR