“Pemanasan enggak baku juga, boleh aja apa saja, tapi kita lihat bentuknya mengarah ke latihan kita atau tidak, sebaiknya mengarah fungsi geraknya ke arah latihan kita,” terang Rachmat Rukmantara, private trainer di Jakarta.
Rachmat mencontohkah, olahraga badminton dan futsal, misalnya. Saat hendak memulai olahraga badminton pemanasan sebaiknya difokuskan pada tubuh bagian atas. Gerakannya bisa berupa “tepak-tepok” (memukul) seperti halnya dalam latihan.
Sedangkan futsal bisa dimulai dengan, jogging, passing dan dribling. Contoh lainnya seperti push up untuk olahraga jenis bodyweight.
Pemanasan sebenarnya tak hanya menyiapkan tubuh sebelum bergerak. Contohnya meningkatkan sirkulasi darah ke otot, tendon, dan ligamen, yang boleh dibilang menyiapkan unsur fisik.
“Sebenarnya olahraga itu ada tiga aspek yang ingin kita aktifkan dalam tubuh. Fisik, mental, dan kimiawi tubuh, yaitu hormonal dll.
Tiga aspek itu harus dikondisikan dulu. Pemanasan sebenarnya menyiapkan tiga aspek itu” jelasnya.
Pemanasan memang tak sesederhana yang kita pikirkan.
Pemanasan yang keliru bisa saja menyebabkan hormonal tubuh tak siap menghadapi menu latihan utama. Ujung-ujungnya bisa menyebabkan kram yang selama ini orang mengira penyebabnya adalah dehidrasi.
Kalau sekadar kram saja, mungkin masih bisa terbilang beruntung. Sebab ada cedera lain yang menghantui dan lebih parah.
“Karena pemanasan tidak bagus unsur kimia tubuh enggak siap, bahkan bisa menyebabkan tendon putus,” ungkap Rachmat.
Sedangkan soal mental, lain lagi ceritanya. Pemanasan juga ditujukan untuk menyiapkan mental saat hendak memulai menu latihan utama.
Andaikan menu latihannya berat, terkadang bisa saja menurunkan nyali seseorang. Takut cedera, misalnya. Nah, pemanasan inilah yang membuat mental seseorang siap menyingkirkan pemikiran seperti itu.
Penulis | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR