Nenek Luspina tidak bisa melanjutkan pekerjaan sang suami.
Sejak suaminya meningggal, nenek Luspina memilih bertahan di gubuk reyot yang dibangun di kompleks pekuburan.
Ia hidup sebatang kara di gubuk reyot yang berukuran 2x3 itu. Gubuknya itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratapkan seng. Dinding dan atap gubuk itu sudah rusak.
Langit-langi gubuk itu penuh sarang laba-laba. Atap seng bagian dalam hitam pekat akibat asap saat masak menggunakan kayu api.
Ditambah lagi asap lampu pelita sebagai sumber penerangan gubuk nenek Luspina. Hidup tanpa suami membuat nenek Luspina tambah sengsara.
Ia hidup melarat. Untuk dapat sesuap nasi saja susah.
“Saat ada suami dulu, kami kerja apa saja untuk bisa beli beras. Sekarang, hidup saya semakin sengsara. Untuk makan, saya ini susah sekali. Untuk makan saya terkadang tunggu belas kasih tetangga,” tutur nenek Luspina, kepada Kompas.com, Selasa (22/10/2019.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR