"Seperti yang kita ketahui pada September, matahari berada di sekitar wilayah Khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember," tuturnya.
Maka, pada Oktober ini posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya).
Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari.
Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.
Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara.
Gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
Dalam waktu sekitar satu minggu ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya.
Mulyono juga mengungkapkan bahwa awal musim hujan 2019/2020 akan terjadi pada November dasarian I (10 hari pertama) sampai dasarian III (10 hari terakhir).
KOMENTAR