Advertorial
Intisari-Online.com – "Anda mungkin baru saja stres," kata dokter seorang dokter kepada Ashley Ringstaff.
Padahal wanita berusia 22 tahun tersebut datang ke dokter dengan gejala yang cukup mengkhawatirkan.
Yaitu mengalami mati rasa dan kesemutan di wajahnya.
Awalnya, Ashley juga menganggap kondisinya normal. Bahkan hanya kesemutan biasa. Tapi gejala ini tidak hilang selama seminggu.
Seperti kata pepatah lama, ‘Jika ada yang tak beres dengan tubuhmu, segeralah ke dokter.”
Karena menurut dokter kondisi tubuhnya hanya ‘stres’, dokter pun hanya meresepkan obat untuk kegelisahan dan depresi.
Dia mengatakan itu akan mengurangi stres dan setelah itu Ashley diminta pulang.
Hanya saja Ashley berpikir, apa yang membuatnya stres? Rasanya tidak ada. Tapi mengapa stres ini membuatnya sampai mati rasa?
Hampir satu bulan setelah pertemuannya dengan dokter, obat yang diberikannya tidak bekerja. Sebab, kondisinya sama saja.
Kondisinya semakin buruk
Tak lama, Ashley bertemu dengan ibunya yang bekerja sebagai perawat.
Melihat kondisi anaknya yang semakin parah, dengan mati rasatelah menyebar dari wajah saya ke lengan dan kaki saya, maka Ashley dibawa ke rumah sakit.
Dokter di sana melakukan tes stroke. Hasilnya negatif. Sama seperti dokter sebelumnya.
Lalu dokter melakukan CT scan dan hasilnya Ashley yang sangat normal.
Dilansir dari health.com pada Senin (21/10/2019), satu tahun berlalu dan Ashley mengatakan kondisinya tidak berubah.
Akhirnya dokter pun mengungkapkan dugaannya. “Mungkin itu Bell's palsy,” ucapnya.
Perlu Anda tahu, Bell's palsy atau facial palsy merupakan kondisi di mana otot wajah mengalami kelumpuhan.
Umumnya kondisi ini hanya terjadi pada satu sisi wajah dan sering muncul secara tiba-tiba, namun biasanya tidak bersifat permanen.
Ashley dirujuk dokter ke ahli saraf dan memintanya melakukan MRI pada hari Sabtu dan Minggu.
Namun pada hari Jumat, kondisi Ashley memburuk. Dia tidak bisa berjalan lurus dan berbicara.
Suaminya langsung membawa Ashley ke klinik neurologi dan di sanalah dokter menemukan apa penyakit yang dideritanya selama ini.
Kata dokter, Ashley menderita kelainan saraf atau multiple sclerosis.
“Saya takut tapi di sisi lain saya lega karena tahu apa penyakit saya,” cerita Ashley.
Baca Juga: Jadi Presiden 2 Periode, Ini Kisah Perjuangan Jokowi Cicil Rumah di Solo Bersama Iriana
Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit pada sistem saraf pusat di mana sistem kekebalan menyerang selubung pelindung (mielin), yang menutupi serabut saraf.
Kondisi ini menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan bagian tubuh lainnya.
Walau sedikit telat, namun untungnya Ashley langsung mendapatkan perawatan. Selama sebulan sekali dia harus menjalani perawatan.
“Saya pikir hidup saya sudah berakhir.”
“Tetapi kemudian saya sadar. Saya mencintai anak-anak saya, saya mencintai keluarga saya, dan saya harus terus berusaha untuk mereka. Saya tidak bisa menyerah.”
Ashley didiagnosis pada Agustus 2010. Kondisinya kambuh lagi tiga bulan kemudian.
Kekambuhan pertama bahkan membuatnya lumpuh di seluruh sisi kanan tubuhnya dan membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal.
“Saya menjalani sekitar tiga bulan perawatan.”
“Termasuk mengambil steroid dan melakukan terapi fisik dan bicara, sebelum tubuh saya kembali normal,” kata Ashley.
Dengan kasusnya, Ashley ingin memberitahu semua orang bahwa kita perlu melaporkan jika tubuh kita terasa berbeda dan mengalami gangguan.
“Jika satu dokter tidak cukup, datanglah ke dokter lain. Jangan sampai terlambat,” pesan Ashley.