FAO sedang menunggu persetujuan untuk mengirim delegasi ke Korea Utara, katanya dalam pesan teks Jumat.
Penularan yang luas dari demam babi Afrika, yang tidak diketahui membahayakan manusia tetapi membunuh sebagian besar babi dalam seminggu, dapat membahayakan keamanan pangan Korea Utara.
Produksi tanaman di sana diperkirakan lebih kecil dari biasanya untuk sisa tahun 2019 karena curah hujan di bawah rata-rata dan pasokan air yang rendah untuk irigasi, kata FAO bulan lalu.
Sekitar 40% dari populasi, atau 10,1 juta orang, diperkirakan rawan pangan dan sangat membutuhkan bantuan pangan, menurut hasil dari penilaian PBB yang dilakukan April lalu.
Kelaparan yang lebih buruk
Demam babi Afrika akan memperburuk kelaparan dan kekurangan gizi, kata Cho Chunghi, yang melarikan diri dari Korea Utara pada 2011 setelah menghabiskan satu dekade bekerja untuk program pengendalian penyakit hewan pemerintah.
Banyak rumah tangga Korea Utara memelihara babi untuk mendapatkan uang guna membeli beras.
"Daging babi menyumbang sekitar 80% dari konsumsi protein Korea Utara dan dengan sanksi global terjadi, akan sulit bagi negara untuk menemukan sumber protein alternatif," kata Cho, yang sekarang bekerja sebagai peneliti di Good Farmers, organisasi non-pemerintah yang mendukung negara-negara berkembang untuk menghasilkan keuntungan melalui kegiatan pertanian.
Baca Juga: Nyaris Tidak Ada yang Mengetahuinya, Inilah Sosok Anak Kim Jong Un
KOMENTAR