Semua itu John Lie lakukan demi bisa bergabung bersama laskar perjuangan mengusir penjajah.
Namun demikian, sesampainya di Jakarta, John Lie tak langsung bergabung dengan laskar perjuangan. Sebulan ia habiskan mengumpulkan uang untuk ke Yogyakarta.
Barulah pada Mei 1946, John Lie menemui pimpinan Laskar Kebaktian Rakyat Indonesia (KRIS) Hans Pandelaki dan Mohede di Jalan Cilacap, Menteng, Jakarta.
Dilansir dari buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran (2014) yang ditulis wartawan Kompas, Iwan Santosa, John Lie diterima sebagai anggota KRIS Barisan Laut dan diberi surat pengantar untuk bertemu AA Maramis yang saat itu menjabat menteri keuangan.
Maramis lantas meminta John Lie menghadap Kepala Staf Angkatan Laut RI (ALRI) Laksamana M Pardi di Yogyakarta.
Berangkatlah John Lie menghadap M Pardi. John Lie ceritakan betapa dirinya ingin sekali ikut mempertahankan kemerdekaan NKRI melalui pertahanan maritim.
Melihat pengalaman dan kemampuan John Lie, Pardi pun tertarik.
"John Lie maunya pangkat apa? Karena pengalaman saudara banyak," kata Pardi kala itu.
Dengan tegas John Lie menjawab, "Saya datang bukan untuk cari pangkat. Saya datang ke sini mau berjuang di medan laut. Karena hanya inilah yang saya miliki, yaitu pengalaman dan pengetahuan kelautan yang sekadarnya."
Tak butuh waktu lama, Pardi lantas menandatangani izin bergabungnya John Lie di ALRI. John Lie diangkat sebagai Kelasi III.
Meski berpangkat rendah, banyak perwira ALRI yang bertanya perihal pengetahuan kelautan ke John Lie.
Ia pun ditugaskan langsung oleh Pardi pada 29 Agustus 1946, pergi ke Pelabuhan Cilacap, bergabung bersama ALRI di sana. Maka, berangkatlah John Lie ke Cilacap dengan menumpang gerbong pos di kereta api uap dari Yogyakarta.
Baca Juga: 8 Manfaat Jahe Merah, dari Jaga Kondisi Jantung Hingga Turunkan Berat Badan
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR