Padahal, sabu menyebabkan ketergantungan tinggi karena membuat dopamin meningkat drastis.
Salah satu efek fisik dari sabu, menurut Hari, adalah timbulnya gangguan pada gigi dan gusi yang disebut meth mouth.
Metafetamin juga menganggu fungsi eksekutif pada otak sehingga proses penilaian dan pengambilan keputusan jadi terganggu.
Ini meningkatkan risiko pengguna sabu untuk melakukan hal-hal berbahaya, seperti bergantian menggunakan jarum suntik.
Sabu juga meningkatkan dorongan seksual, yang bila digabungkan dengan gangguan proses penilaian dan pengambilan keputusan di atas, dan menyebabkan penggunanya lebih mungkin untuk melakukan perilaku seksual berisiko sehingga rentan terkena penyakit menular seksual, HIV/AIDS, serta hepatitis B dan C.
Adiksi pada sabu juga menganggu kesehatan mental karena menyebabkan berbagai gejala gangguan jiwa, seperti gangguan tidur, perilaku kekerasan, halusinasi, cemas yang berlebihan hingga paranoia. (Shierine Wangsa Wibawa)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR