Saint Patrick mungkin adalah mantan budak yang paling terkenal.
Diperbudak oleh Irlandia, dia menjadi Uskup Armagh di Irlandia dan berhasil mengkonversi orang-orang Irlandia.
Patrick dilahirkan dalam keluarga Kristen Romano-Inggris tetapi, dengan pertimbangannya sendiri, tidak pernah punya banyak waktu untuk agama orang tuanya.
Saat berusia 16 tahun, dia ditangkap oleh pedagang budak Irlandia.
Dia dibawa ke Irlandia dan bekerja sebagai gembala sampai akhirnya, dia bisa melarikan diri.
Ketika dia kembali ke rumah, Patrick memutuskan untuk menjadi seorang imam.
Menurut Confessions-nya yang ditulis di kemudian hari, Patrick mendengar suara orang Irlandia memanggilnya kembali untuk menginjili mereka.
Baca Juga: Makanlah Ini di Malam Hari, Maka Lemak akan Terbakar Sendiri saat Tidur, Ini Caranya!
Dia melakukan hal itu, kembali untuk mempertobatkan orang-orang yang telah memperbudaknya saat remaja.
Dia bertempur melawan perbudakan di Irlandia dan mengutuk pedagang budak Coroticus yang menakutkan.
3. Saint Seraphia
Saint Seraphia adalah seorang budak Kristen yang hidup pada Abad Kedua.
Kisah hidupnya ditulis jauh kemudian setelah kematiannya dan detail pastinya sulit dikonfirmasi kebenarannya.
Baca Juga: Kejutkan Petani, Sapi Ini Terlahir 'Berwajah Manusia' dengan Hidung dan Mulut yang Kecil, Kok Bisa?
Saint Seraphia dilahirkan di Antiokhia pada akhir abad pertama dan melarikan diri bersama orang tuanya ke Roma.
Dia menjual dirinya sebagai budak, menyerahkan semua harta miliknya.
Nyonyanya adalah seorang wanita bangsawan Romawi, Sabina, yang berhasil dikonversi oleh Seraphia menjadi Kristen.
Menjadi seorang Kristen adalah ilegal pada saat itu dan Seraphia diadili dan dijatuhi hukuman mati.
Satu tahun kemudian, Sabina juga dibunuh.
Pada tahun 425, sebuah gereja dibangun di atas lokasi kemartiran mereka dan didedikasikan untuk Saints Sabina dan Seraphina.
Pada abad ketiga belas, gereja, yang sekarang dikenal hanya sebagai Santa Sabina, meningkatkan pentingnya St Serapia.
Gereja itu menjadi markas internasional ordo Dominika.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR