Pasukan militer diharuskan memotong tangan korban sebagai bukti bahwa mereka telah menembak atau membunuh seseorang.
Akibat situasi ini, tak jarang penduduk desa di Kongo saat itu berperang dengan desa lain demi memenuhi kuota karet.
Namun, terkadang para pasukan tidak jadi membunuhnya, namun hanya memotong tangannya dan membiarkan mereka hidup menderita.
Lebih dari beberapa orang yang selamat kemudian mengatakan bahwa mereka telah hidup melalui pembantaian dengan pura-pura mati.
Mereka tidak bergerak bahkan ketika tangan mereka terputus, dan menunggu sampai tentara pergi sebelum mencari bantuan.
Dalam beberapa kasus, seorang prajurit dapat mempersingkat masa tugasnya dengan membawa lebih banyak tangan daripada prajurit lainnya, yang menyebabkan mutilasi dan pemotongan yang meluas.
Insiden ini tercatat sebagai pembantaian yang menyebabkan penurunan populasi manusia di Kongo, Negara Bebas Kongo juga menjadi salah satu skandal internasional terbesar saat itu.
Baca Juga: Kasus Remaja Tewas Karena Sering Main Game PUBG: Ini Bahaya Game PUBG Untuk Otak Kita
Source | : | rarehistoricalphotos.com |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR