“Lebih mudah dihadapkan dengan peluru dibanding dengan gas yang tak kasat mata,” begitu katanya saat itu.
Kini, gas air mata hampir selalu digunakan oleh pihak berwenang untuk meredakan demonstrasi.
Semua itu dimulai usai Perang Dunia I berakhir.
Salah satu produsen gas air mata terbesar dan tertua adalah Lake Erie Chemical Company, yang didirikan oleh veteran Perang Dunia I bernama Kolonel Byron “Biff” Goss.
Sejak pertama kali dibuka pada 1930-an, Lake Erie Chemical Company menjual gas air mata pada pada beberapa negara seperti Argentina, Bolivia, dan Kuba.
Pada Perang Dunia II, penggunaan gas air mata berlanjut. Gas tersebut digunakan oleh Italia saat melawan Ethiophia.
Tentara Spanyol menggunakannya di Maroko, sementara Jepang menggunakan gas tersebut untuk melawan China.
Di Vietnam, tentara AS menembakkan gas air mata pada terowongan-terowongan Viet Cong.
Sebaliknya, di AS, para demonstran Vietnam juga menghadapi bertubi-tubi gas air mata.
Selama dua dekade belakangan, penjualan gas air mata bertambah pesat. Gas ini digunakan dalam demonstrasi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Selama lebih dari 100 tahun ditemukannya gas air mata, belum ada pengganti yang dinilai efektif untuk menghalau massa.
Padahal, Amnesty International memasukkan gas air mata sebagai bagian dari barang perdagangan internasional yang membahayakan. (Sri Anindiati)
Artikel ini telah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul Sejarah Gas Air Mata, Jadi Senjata Sejak Perang Dunia I
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR