Ketika cahaya mulai temaram, produksi melatonin di tubuh naik, dan tubuh mengirimkan sinyal agar kita beristirahat.
Namun, bagi orang yang memiliki gangguan kecemasan, meninggalkan kondisi “terjaga” cukup sulit, sehingga tubuh semacam melawan ritme sirkadian.
Elaine menuturkan, frekuensi serangan panik paling sering terjadi antara jam 1.30-3.30 dini hari.
“Suasana pada malam hari cenderung lebih sunyi. Lebih sedikit hal-hal yang memicu distraksi, dan lebih banyak celah untuk cemas,” ujarnya.
Ia menambahkan, kita mungkin tidak punya kontrol pada kondisi ini, dan terkadang jadi memburuk dengan bantuan yang cenderung tidak tersedia di malam hari?
Lebih-lebih, siapa yang bisa ditelepon pada jam 1 dini hari ketika otak tengah berlari dalam kecemasan?
Ada Bantuan
Sejumlah orang dengan gangguan kecemasan biasanya mau memeriksakan dirinya pada dokter spesialis kejiwaan atau psikolog, dan menjalani terapi.
Beberapa juga berusaha olahraga, agar tubuh cukup lelah dan lebih mudah tidur.
Upaya ini setidaknya lebih baik dan lebih punya hasil ketimbang tidak melakukan apapun.
Namun, jika gangguan kecemasan masih muncul, Elaine menekankan, jangan lari ke ganja.
Di beberapa negara yang melegalkan ganja, ganja digunakan untuk mengatasi kecemasan, namun hanya untuk jangka pendek.
Dalam jangka panjang, ganja dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang lebih parah dan gejala paranoid.
Sebagai alternatif, Nicky menyarankan untuk membangun rutinitas tidur yang bisa membantu transisi dari aktivitas sehari-hari ke waktu istirahat.
Rutinitas ini termasuk mandi 15 menit tiap malam, menggunakan minyak esensial lavender, menuliskan jurnal, dan meditasi.
“Dengan demikian, kita cenderung bisa tertidur, dan memiliki kualitas tidur yang lebih baik,” jelasnya.
Penerimaan
Lebih lanjut, Elaine menuturkan, menyadari gangguan kecemasan amat bisa disembuhkan adalah salah satu kuncinya.
Ia menjelaskan, banyak orang bisa merespons teknik terapi Cognitive Behavioural Therapy (CBT) dan pengobatan, belajar fokus pada saat ini—bukan masa lalu atau nasa depan—bahkan tanpa obat.
Sementara itu, beberapa orang mungkin butuh obat-obatan dulu untuk menenangkan dirinya, sehingga bisa belajar dan mendapat manfaat dari CBT.
Elaine menegaskan, opsi yang mana pun bisa ditempuh sesuai kecocokannya dengan kita untuk sembuh.
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR