Salah satunya adalah kebijakan terkait bagaimana Malaysia menghadapi krisis keuangan yang dianggap menjadi pemicu buruknya hubungan kedua politisi ini.
Selain itu, Anwar secara terang-terangan kerap mengkritik apa yang disebutnya budaya nepotisme dan kroniisme dalam tubuh UMNO dan menyebutnya menjadi penyebab utama maraknya korupsi dan penyalahgunaan anggaran negara.
Pada 1997, saat menjabat menteri keuangan, Anwar melakukan penghematan anggaran dan memangkas pengeluaran negara sebesar 18 persen, dengan memotong gaji menteri dan menunda proyek-proyek besar, termasuk yang menjadi andalan strategi pembangunan Mahathir.
Tuduhan Sodomi dan Hukuman Penjara
Anwar Ibrahim kembali mendekam di penjara sebanyak dua kali, yakni pada 1999 dan 2015.
Anwar dituduh melakukan praktik homoseksual dan sodomi serta korupsi, setelah sebuah buku berjudul "50 Dalil Kenapa Anwar Tidak Boleh Jadi PM" beredar pada 1998.
Anwar telah membantah isi buku tersebut dan menggugat penulis dengan pasal pencemaran nama baik.
Polisi menjerat penulis buku dengan dakwaan penyebaran berita palsu, namun juga menginvestigasi kebenaran dalam buku itu.
Pada 20 September 1998, polisi menahan Anwar Ibrahim dengan tuduhan melakukan korupsi dan menghalangi investigasi soal tuduhan sodomi.
Setelah menjalani persidangan pada 1999, Anwar Ibrahim dijatuhi hukuman penjara enam tahun dan vonis kedua selama sembilan tahun penjara.
Pemenjaraan Anwar Ibrahim menuai kecaman dunia internasional setelah dianggap sebagai upaya pemerintah membungkam lawan politik.
Setelah mendapat tekanan dunia internasional, Mahkamah Agung Malaysia mencabut semua dakwaan terhadap Anwar dan membebaskannya pada 2 September 2004.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR