Tak hanya itu, sekitar 1 dari 2 ibu hamil mengalami kekurangan asupan protein (SKMI 2014), sementara lebih dari 50 persen ibu hamil mengalami kekurangan asupan zat besi, zinc, kalsium, serta vitamin A & C.
Dr. Ali Sungkar Sp.OG(K) mengatakan, kehamilan berisiko tinggi dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak bila tidak ditangani dengan baik.
“Kehamilan risiko tinggi yang tidak ditangani dengan baik berpotensi memiliki pengaruh terhadap anak di dalam kandungan; seperti perkembangan janin tidak sempurna, berat janin kurang, kelahiran prematur, maupun bayi berat badan lahir rendah,” ujar Ali dalam acara Bicara Gizi yang digagas Danone.
Indonesia menempati peringkat 5 di antara negara-negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar dengan angka 675.700 bayi di tahun 2010.
Berbagai faktor risiko kehamilan risiko tinggi masih banyak ditemui di Indonesia. Untuk itu, ibu hamil harus mengenali dan menangani kehamilan risiko tinggi.
Untuk meminimalisir risiko, ibu hamil dianjurkan memeriksakan kandungannya di fasilitas kesehatan di awal kehamilan, rutin kontrol dan mengkonsumsi nutrisi tambahan apabila diperlukan.
Dalam paparannya, Ali menjelaskan, salah satu cara penting penanganan kehamilan risiko tinggi adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi makro dan mikro yang bervariasi di tiap tahapan mulai dari prakehamilan, trimester 1, 2, dan 3, serta masa menyusui.
“Ibu perlu memastikan asupan makanan mereka mengandung zat-zat gizi penting seperti protein, karbohidrat, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, asam folat, dan iodine,” katanya.
Baca Juga: Jangan Ragu Konsumsi Aprikot Selama Kehamilan, Salah Satu Cegah Bayi Terlahir Cacat
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR