"Ini itu milik bapaknya Mas Senen Danuri (adik dari almarhum bapaknya)," tutur Mbah Tenggok sambil menunjukk ke arah Senen.
Bahkan, bangunan yang di tempati itu hanya dibangun sekedar nemplek atau menyatu menjadi sebuah bangunan seperti kandang.
"Atapnya seng, itu aja cuma saya ikat pakai tali rafia," aku Mbah Tenggok.
"Ya, itu kadang buat nerima tamu sama buat tidur, tapi kalau tidur saya seringnya tidur di dalam rumah ini," imbuhnya.
Menurut kerabat Ngadinem, Senen Danuri (58), informasi viral yang beredar di medsos soal Ngadinem yang tinggal sebatang kara di gubug reyot di Dusun Randu Kuning RT 1, Desa Krebet, Kecamatan Masaran, Sragen perlu diluruskan.
Karena lanjut dia, Ngadinem masih memiliki saudara atau keponakan di barat rumahnya sebanyak 4 orang, termasuk dirinya.
"Ngadinem itu adik dari almarhum bapak saya, dia anak terakhir dari empat bersaudara," kata Senen.
"Saya tahu kalau ia membuat sendiri gubug kecil di pekarangan rumah, namun saya biarkan saja," tutur dia membeberkan.
Baca Juga: Saat Orangtua Dihadapkan pada Kakak-Adik yang Bersaing
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR