Lalu, ekspedisi yang dipimpin oleh Smithsonian Tropical Research Institute di Panama dan Museum Sejarah Alam Florida di University Florida dilakukan untuk meyakinkan asal muasal fosil daun tersebut.
Hasilnya, peneliti meyakini lokasi tersebut merupakan hutan hujan pertama di bumi. Para peneliti juga menemukan fosil ular, buaya raksasa, serta tanaman kacang-kacangan, pisang, alpokat dan cokelat.
Jonathan Bloch dari Museum Sejarah Alam Florida dan Carlos Jaramillo dari STRI yang merupakan pakar terkemuka di dunia dalam ular purba bergabung dalam penelitian tersebut untuk menguak dan belajar lebih banyak tentang bagaimana Titanoboa hidup dan berburu.
Fosil menunjukkan bahwa setelah masa kepunahan dinosaurus, suhu daerah tropis lebih hangat dari hutan masa sekarang.
Saat itu, hutan hujan pertama di Amerika Selatan pun terbentuk dan makhluk besar berjuang untuk menjadi pemangsa puncak bumi, termasuk Titanoboa.
Kini nenek moyang ular itu dapat disaksikan kembali di Monte L. Bean Life Science Museum di Universitas Brigham Young, Utah, Amerika Serikat. Model Titanoboa dibuat dengan skala penu,h lengkap dengan buaya yang setengah tertelan di mulutnya.
Pameran bertajuk Titanoboa: Monster Snake juga memberi kesempatan kepada pengunjung untuk membandingkan kulit reptil modern dan nenek moyang mereka. Selain itu, ada juga video dan kegiatan khusus untuk anak-anak.
Model Titanoboa dipinjam dari Smithsonian Institution Travelling Exhibition Service. Pameran berlangsung sampai 17 Maret 2018.
Baca Juga: Viral Satpam Meninggal Digigit Ular: Ternyata Indonesia Memang Negerinya Ular Berbisa, Hati-hati!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR