“Dari saat bidan menelepon saya, sampai kami tiba di tempat prakteknya, saya rasa saya tidak berhenti menangis. Saya takut saya akan kehilangan bayi ini. Ketika saya dan ibu saya duduk di tempat di ruang tunggu bidan saya, bersiap untuk masuk, ibu saya menatap saya dan berkata, ‘Vaness, apa pun itu, kita akan melewatinya.’”
Vanessa mengingat, hal pertama yang dikatakan oleh bidannya adalah kemungkinan bibir sumbing.
“Saya mulai merasakan harapan. Apakah hanya itu saja? Hanya sesuatu yang kecil, sesuatu yang berhubungan dengan kecantikan? Tapi ternyata masih ada lagi,” tulisnya.
Bidan mengatakan kepadanya bahwa bayi yang dikandungnya itu menunjukkan tanda-tanda masalah jantung dan tulang paha yang melengkung dan lebih pendek dari yang lain.
Terakhir, dia memberi tahu McLeod bahwa bayinya yang belum lahir itu tidak memiliki tangan atau lengan.
“Ini seperti pukulan telak di perutku,” kenangnya. Saya menarik napas. Berita itu membuat saya hancur dan isak tangis pun merobekku, dan bayangan bayi mungilku yang sempurna hancur sudah.
Namun, ayah meninggalkan ruang praktek bidan dengan kata-kata yang membesarkan hatinya.
“Dia akan menjadi berkat bagi keluarga kami. Saya pikir keluarga kami membutuhkan seseorang seperti dia. Dia akan banyak mengajari kami.”
Tidak lama kemudian, ia dan suaminya pergi ke Rumah Sakit Anak Vancouver untuk bertemu dengan spesialis tentang kondisi putra mereka. Apa yang terjadi bukan seperti yang diharapkan McLeods.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR