Maka, pada 1950 ia mulai mengirim putra-putri terbaik untuk sekolah ke luar negeri, agar nanti ketika pulang sudah bisa membangun negerinya dengan lebih baik.
Salah satu tujuan pengiriman para pelajar itu untuk belajar dalam pilihan bidang pembuatan kapal terbang penumpang atau pembuatan kapal laut untuk mengangkut barang-barang. Habibie termasuk pelajar pilihan itu.
Pada waktu program pengiriman pelajar itu muncul, Habibie baru menginjak kelas tiga SMP.
Ia pun menjadi pelajar Indonesia gelombang empat yang belajar di bidang pesawat terbang pada 1954.
Habibie berhasil menyelesaikan strata 1 pada usia 22 tahun dan strata dua pada usia 24 tahun.
"S-3 konstruksi pesawat terbang 28 tahun di Jerman. Di tempatnya Teodhore Von Karman, guru besar yang pertama dalam konstruksi pesawat terbang, yang mendirikan NASA. Saya asisten di situ, dan bisa dibaca di Google," kisah dia seperti dilansir Kompas.com.
Lepas menyelesaikan pendidikan, Habibie bekerja untuk sebuah perusahaan di Hamburg, di mana ia pernah menjadi direktur dan executive vice president.
"Di situ lahir Airbus, yang sekarang membuat A-380 di situ. Waktu saya mulai ke situ (ada) 3.000 (karyawan), waktu saya tinggalkan 4.500, sekarang 16.000 (karyawan). Saudara-saudara, waktu 'nanjak' begini saya tiba-tiba disuruh pulang untuk membangun industri pesawat terbang jadi industri strategis," kenang Habibie.
KOMENTAR