Putra tertua pasangan itu masih balita ketika Ghazi menghilang.
"Dia ingat ayahnya dan terus bertanya, 'Bu, kapan ayah kembali?'," tutur Hayfa.
Bungsu mereka tak pernah mengenal ayahnya.
Ia dilahirkan di kamp penangkapan ISIS.
"Kami benar-benar harus menemukan cara untuk bertahan hidup."
Pertemuan terakhir
Sudah lima tahun berlalu sejak keluarga Hayfa hancur akibat tindakan genosida ISIS terhadap orang-orang Yazidi di Irak utara dan Suriah.
Tujuh ribu anggota etnis minoritas dan agama ini terbunuh sementara 3.000 lainnya hilang.
Saat penangkapan, Hayfa, yang sedang hamil tua, berada di rumahnya di desa Kocho bersama Ghazi dan putra sulung mereka.
"Saya sudah membuat makan siang dan kami siap makan," katanya.
"Sekitar tengah hari, ada yang mengetuk pintu."
"Paman suami saya berlari ke arah kami sambil berkata, 'ISIS ada di Kocho'."
Kelompok teroris itu menggiring 1.200 penduduk kota ke sekolah setempat.
Baca Juga: Berhasil Tembak Truk Pengebom ISIS dari Jarak 2,5 Km, Sniper SAS Ini Menyelamatkan Anak-Anak
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR