Tanpa intervensi eksternal, program CSR perusahaan tembakau akan hampir mustahil untuk menjadi tanggung jawab sosial.
Merekrut Remaja jadi Perokok Baru
Yang lebih mengerikan lagi dari "kegagalan" program CSR para produsen rokok tersebut, jika merujuk pada penelitian tersebut adalah fakta bahwa alih-alih mencegah lahirnya perokok di kalangan remaja, perusahaan tembakau telah menggunakan kegiatan CSR mereka sebagai media iklan canggih untuk merekrut remaja sebagai perokok baru.
Merek-merek rokok, logo perusahaan, dan nama-nama perusahaan sengaja ditampilkan pada inisiatif CSR, yang menargetkan remaja.
Tak satu pun dari kegiatan CSR telah membahas bukti ilmiah bahwa nikotin adalah zat yang sangat adiktif, merokok atau merokok pasif menyebabkan banyak penyakit mematikan, dan sponsor tembakau memiliki peran penting dalam merokok pada remaja.
Menurut Scollo (2012), merokok adalah kebiasaan narkoba yang paling membuat ketagihan, karena perokok memiliki tingkat keberhasilan yang paling rendah dalam berhenti dibandingkan dengan pengguna zat adiktif lainnya.
Memang, telah lama diketahui bahwa perusahaan tembakau telah secara tepat mengendalikan kandungan nikotin dalam rokok mereka untuk menciptakan dan mempertahankan kecanduan, terutama di kalangan perokok baru (TCLC, 2006).
Beberapa penelitian (DHHS, 2012; DiFranza, 2007) telah mengungkapkan bahwa anak-anak dan remaja perokok adalah yang paling rentan terhadap kecanduan nikotin yang parah dan berkelanjutan.
KOMENTAR