Review literatur baru-baru ini menyimpulkan tingkat kejadian penyakit-penyakit autoimun rematik, endokrinologi, gastrointestinal dan neurologi meningkat antara 4-7 persen setiap tahun, dengan peningkatan terbesar di penyakit celiac, diabetes tipe 1, myasthenia gravis (kelelahan otot cepat).
Baca Juga: Ibunda Mikha Tambayong Meninggal Setelah Idap Autoimun: Apa itu Autoimun dan Bagaimana Gejalanya?
"Peningkatan terbesar terjadi negara-negara belahan utara maupun selatan," ujar Geoff Rutledge, dokter asal California dan kepala bagian medis Health Tap.
Lantas kenapa terjadi peningkatan pasien pengidap autoimun?
Apakah ini memang karena peningkatan orang yang mengidap memang benar-benar semakin banyak atau karena dokter lebih teredukasi akan gejala dan tandanya sehingga mampu mendiagnosa lebih efektif?
Dr Rutledge mengatakan keduanya bisa terjadi.
"Benar bahwa kami memperluas definisi penyakit autoimun. Semakin banyak masyarakat mengenal penyakit ini, lebih banyak lagi yang terdiagnosa. Kami pun memiliki lebih banyak lab yang mendeteksi kondisi autoimun yang belum simptomatik," katanya.
Ia pun menunjuk kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan seseorang didiagnosa penyakit autoimun.
Baca Juga: Jangan Sampai Terlambat, Yuk Kenali Gejala Autoimun yang Menyerang Tulang dan Sendi
Seseorang memiliki kecenderungan penyakit autoimun seperti Crohn's, lupus atau rheumatoid arthritis karena faktor genetika.
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR