Yang menunggu giliran
Tak jauh beda deangan jamur maitake dan daun tangguh, teh hijau secara empiris terbukti dapat mencegah kanker.
Meski yang mampu dihadang itu terbatas pada kanker lambung dan kerongkongan. Ini berkat senyawa epigallocatechin-galat dalam tanin daunnya.
Hasil penelitian terhadap penduduk Shizuoka yang gemar minum teh hijau menunjukkan, mereka ternyata lebih jarang terserang kanker lambung dibandingkan dengan yang tak biasa minum teh hijau.
Sementara itu, dari penelitian dengan menggunakan tikus diketahui, tanin mampu melumpuhkan tumor tenggorokan.
Kalau jamur maitake, daun tangguh, dan teh hijau sudah dijual dalam bentuk kaplet, ekstrak, atau bahan seduhan, maka tapak doro masih menunggu giliran.
Tanaman ini sampai sekarang belum banyak dilirik untuk dibudidayakan sebagai bahan makanan (minuman) kesehatan atau obat.
Padahal, selain indah dengan bunga merah dan putihnya, banyak orang menyatakan, secara empiris tanaman ini memiliki kemampuan sebagai obat, termasuk untuk kanker. Meskipun ada juga yang bilang, hanya tapak doro putih yang berkhasiat antikanker.
Data hasil penelitian klinis sampai sekarang memang belum ditemukan. Yang ada terbatas penelitian terhadap kandungannya.
Dari penelitian itu diketahui, tapak doro mengandung senyawa alkaloid vinblasiin/leukoblastin dan vincristine/leurocristine. Keduanya diduga bersifat antineoplastic atau dapat melawan sel kanker.
Baca Juga: Tapak Dara, Keluarga Kamboja yang Punya Senyawa Sakti Penumpas Kanker Payudara Seharga Rp1,3 Triliun
Penelitian lain menunjukkan, daun, bunga, buah, dan batangnya juga mengandung alkaloid cabtharanthine.
Zat ini sama dengan yang dikandung plasma sel kanker, sehingga bila masuk dalam tubuh, ia akan diserap plasma kanker dan akan mendesak atau menghilangkan inti kanker.
Memang, masih banyak lagi tanaman lain yang dari mulut ke mulut sering dipercaya sebagai "obat" kanker. Tapi untuk diterima sebagai obat, bukan "obat", perlu penelitian panjang.
Sementara ini boleh-boleh saja orang memanfaatkannya dalam penyembuhan suatu penyakit. Pengobatan itu tentu saja masih bersifat alternatif atau pelengkap.
"Yang penting lagi, pengobatannya berdasarkan motto MAREM," tutur dr. Sukarto. "MAREM itu kependekan dari mudah, aman, rasional, efektif, dan murah. Semuanya mesti dipenuhi. Biarpun mudah, aman, rasional, dan murah, kalau tidak efektif ya tidak ada gunanya," tambahnya.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR