Upaya yang berat untuk mengambil hadiah itu lah yang kemudian dinikmati oleh Belanda.
Melihat pribumi bersusah payah mendapatkan barang yang murah bagi mereka itu adalah sebuah hiburan.
Baca Juga: Usung Kain Tradisional Troso Khas Jepara ke Pusat Mode Dunia, Ini Cerita 2 Gadis Cantik Asal Kudus
Tak jarang mereka akan tertawa saat melihatnya.
Sejarah kelam panjat pinang inilah yang menimbulkan pro dan kontra untuk menjadikannya sebagai lomba 17 Agustusan.
Masyarakat yang kontra menilai panjat pinang melukai nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia.
Mengingat ini tradisi dari Belanda yang telah menjajah Indonesia selama 3,5 abad.
Apalagi pada saat itu kesusahan pribumi dijadikan alat untuk menghibur kaum elit Belanda.
Meski begitu, masyarakat yang pro mengambil sisi positifnya.
Baca Juga: Jalan Mundur Tempuh Ratusan Kilometer Tulungagung-Jakarta, Medi Bastoni Bawa Misi Khusus
Lomba panjat pinang mampu mengukuhkan rasa gotong royong yang merupakan salah satu hal yang melekat pada bangsa Indonesia.
Saling membantu dan pantang menyerah juga merupakan hal positif dibalik panjat pinang.
Lomba panjat pinang juga dapat meningkatkan hubungan sosial masyarakat, apalagi dilakukan dalam suasana yang menyenangkan yaitu saat perayaan 17 Agustusan.
Source | : | INTISARI-ONLINE.COM,Sosok.ID |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR