Sambil duduk bersantai beralas spanduk di atas trotoar, Emak Nung menunggu pembeli.
Baca Juga: Denda Rp30 Miliar Plus Penjara 3 Tahun Menanti Bagi Pedagang yang Menjual Bensin Eceran
Sembari menunggu, ia mengharap diantara kendaraan yang berlalu lalang, ada banyak yang mampir ke lapaknya untuk membeli bendera merah putih.
Dari pagi, Emak Nung yang berusia lebih dari setengah abad ini berjualan hingga menjelang magrib.
Beruntungnya, ia tak perlu tersengat sinar matahari saat siang lantaran dinaungi pepohonan rimbun dan bentangan pernak-pernik merah putih.
Setibanya di Kota Bogor, keesokan harinya ia mulai menjajakan barang-barang perlengkapan kemerdekaan yang diambil di Tanah Abang, DKI Jakarta.
Di kota hujan ini, ia berharap dagangannya laris manis sehingga bisa pulang ke Cirebon dengan bibir yang terukir senyum.
Baca Juga: Bertemu Geng Motor Berbendera Hitam, Remaja 16 Tahun Tewas Saat Sahur 'On The Road'
Namun harapannya yang dibawa dari tempat tinggal tak sesuai dengan kenyataan.
Emak Nung mengaku tahun ini jumlah pembeli lebih sepi.
Ia memprediksi lantaran perayaan kemerdekaan kali ini berbarengan dengan Hari Raya Adha dimana beberapa orang menunaikan kewajibannya untuk berkurban.
Dibanding tahun lalu, biasanya dua minggu sebelum 17 Agustus sudah ramai pembeli.
"Sepi banget Nok, sehari cuman dapet 1-2 orang yang beli. Demi Tuhan Nok, Emak pernah sehari cuman jual satu bendera kecil yang harganya Rp 5 ribu," ucap Emak Nung lirih.
Dengan penghasilannya tersebut, untuk makan sehari-hari, satu bungkus nasi Emak Nung makan berdua bersama cucu laki-lakinya.
Baca Juga: 22 Fakta yang Terdengar Bohong Tapi Sebenarnya Nyata, Salah Satunya Terkait dengan Bendera Indonesia
Belum lagi ia harus memikirkan biaya ongkos yang tak murah untuk pulang ke Cirebon nanti.
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR