Algoritma juga membuat para Youtuber yang pada dasarnya adalah orang-orang kreatif tidak berani mengambil risiko dan mengulang-ulang konten yang sudah terbukti berhasil, ujar Charlie McDonell, seorang veteran Youtuber yang sudah berkali-kali mengalami burnout.
Di samping algoritma, kompetisi di antara para Youtuber juga menjadi semakin sengit karena jumlah pembuat konten yang semakin banyak dari hari ke hari, ujar Matt Gielen dari Little Monster Media Company, agensi yang berspesialisasi dalam membangun audiens di Youtube.
Hal ini memaksa para Youtuber untuk bekerja lebih keras dan menghasilkan lebih banyak konten pada kualitas yang lebih baik untuk sukses di platform ini.
“Dulunya Anda bisa membangun audiens yang lumayan hanya dengan satu video berdurasi tiga menit per minggu,” ujar Gielen.
Namun, kini hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas Youtuber harus mengunggah setidaknya tiga video berdurasi 10-12 menit per minggu untuk bisa mendapatkan bantuan promosi dari algoritma.
Tentu saja, burnout tidak hanya dialami oleh para Youtuber.
Seorang karyawan kantoran biasa pun bisa mengalami burnout jika terus-terusan ditekan untuk menjaga produktivitas tinggi selama jangka waktu yang panjang.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR