Telur-telur ini dibagi menjadi 3 baris dan ditempatkan di inkubator.
Mereka kemudian ditugaskan ke salah satu dari dua kelompok - kelompok eksperimen (kuning pada gambar di atas), atau kelompok kontrol (biru).
Dari masing-masing tempat, dua dari tiga telur dikeluarkan empat kali sehari dari inkubator mereka (selalu telur yang sama).
Untuk telur kelompok kontrol, tidak ada suara yang dimainkan dan kotak dibuat kedap suara.
Baca Juga: Dulu Hanya Dibuat Mainan, Rupanya Undur-Undur Dihargai Rp14 Juta per kg Jika Dijual di Luar Negeri
Kemudian mereka ditempatkan kembali di inkubator, dalam kontak fisik dengan 'telur naif' yang tertinggal.
Telur-telur yang telah terpapar panggilan alarm, cenderung lebih bergetar dalam inkubator daripada telur yang telah ditempatkan di kotak diam.
Dari sinilah hal menarik mulai terdeteksi.
Kelompok eksperimen (kuning), termasuk telur naif yang belum terkena panggilan alarm, membutuhkan waktu lebih lama untuk menetas daripada kelompok kontrol (biru).
Dan ketika mereka menetas, ketiganya menunjukkan perubahan perkembangan yang sama.
Dan ketiga anak burung memiliki karakteristik fisiologis yang tidak terlihat pada kelompok kontrol.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR