Elisna juga mengingatkan bahwa kanker paru adalah jenis kanker yang 'spesial'.
Berbeda dengan kanker payudara dan kanker serviks yang sudah ada alat pendeteksinya, skrining kanker paru terbilang masih sulit.
Untuk itu, Elisna menganjurkan untuk rutin melakukan cek kesehatan, terutama untuk orang yang memiliki banyak faktor risiko.
"Juga lakukan pengendalian faktor risikonya," pesan Elisna.
World Cancer Research Fund mencatat, setidaknya 1,59 juta orang meninggal akibat kanker paru.
Terlebih lagi, hanya sekitar 240.000 atau 15 persen di antaranya sintas.
"Kalau ada 10 orang yang didiagnosis mengidap kanker paru, delapan orang meninggal pada tahun itu juga," kata Elisna dalam sebuah kesempatan wawancara kepada Kompas.com.
"Itulah kenapa kanker paru disebut kanker yang mematikan."
"Karena umumnya di seluruh dunia, kanker paru ketemunya sudah stadium lanjut jadi tidak bisa dilaksanakan terapi secara maksimal," tegasnya. (Resa Eka Ayu)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Belajar dari Kasus Sutopo, Adakah Beda Batuk Kanker Paru dengan Lainnya?
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR