Setelah iPad dirilis, Jobs juga pernah diwawancara Nick Bilton, wartawan New York Times.
Saat itu, Bilton menanyakan soal reaksi anak-anak Jobs memakai iPad teranyar dari perusahaan sang ayah.
Ketimbang mempromosikan bagaimana iPad disukai anaknya, Jobs malah mengaku sang anak belum memakai tablet buatan Apple tersebut.
“Kami membatasi seberapa banyak teknologi digunakan anak kami di rumah,” kata Jobs.
Pola asuh anak dengan pembatasan teknologi oleh para perancang produk teknologi kenamaan dunia ini tentu membuat kita bertanya, apa sih sebetulnya yang diketahui mereka tentang produknya—yang tidak diketahui masyarakat awam?
Sisi lain Google dan Twitter
Sementara itu, Tristan Harris membuka sisi lain Google di acara bincang-bincang Ted Talks.
CEO Apture, anak usaha Google dan mantan ahli etika desain Google ini mengungkapkan, teknologi memang rentan dibuat untuk memanipulasi kerapuhan psikologi kita.
Padahal, manusia sering berfokus pada sisi positif saja akan pengaruh teknologi pada kemudahan hidup kita.
Salah satu hal yang dimanfaatkan pengembang aplikasi ponsel pintar dan situsweb menurut Tristan adalah fear of missing something something important (FOMSI).
Perasaan inilah yang akan timbul tatkala kita ragu untuk tidak berlangganan.
Misal, tidak menekan tombol “subscribe”, “follow”, dan semacamnya; hanya karena takut ketinggalan info terbaru.
Situasi inilah yang mengalihkan perhatian kita setiap hari untuk sekadar mengecek notifikasi di ponsel.
Sementara itu, Loren Brichter (33) juga mengakui sisi negatif teknologi buatannya.
Perempuan asal New York serta desainer Twitter inilah mekanisme pull to refresh tweet (tarik layar untuk melihat cuitan terbaru).
Mekanisme ini kini digunakan luas di ponsel pintar kita, baik untuk melihat postingan terbaru di media sosial maupun melihat hasil unduhan di folder Galeri atau Download.
Dengan mekanisme tersebut, orang tidak sadar menghabiskan waktu membaca postingan terbaru yang sebenarnya tidak masalah jika dilewatkan.
Risiko adiksi tersembunyi di balik teknologi inilah yang setidaknya perlu disadari pengguna, sebelum membatasi diri untuk berpandai-pandai menggunakan ponsel pintar.
Baca Juga: Mengungkap Tabir Bagaimana Bisnis Prostitusi Online Berjalan, Salah Satunya Menggunakan Twitter
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR