Karena kalau tidak ada cerita, konsumen tidak memiliki kedekatan dan konsumen tidak memiliki ikatan emosional dengan suatu produk.
"Kalau kita membuat cerita, kita akan mudah mengetahui siapa pembuatnya dan apa yang menarik di balik itu. Cerita dari Bang Jarwo juga mengangkat branding produk tempenya," ujarnya.
Jarwo Susanto, kata dia, bisa menjadi pemelajaran karena telah memunculkan manajemen spiritual TOB, yakni Tuhan, orangtua, berbagi dan belajar.
Meski saat membuka warung kopi Jarwo mampu menghasilkan omzet Rp 45 juta per bulan, pendapatan itu tidak berkah. Karena itu, urusan yang penting dalam usaha adalah urusan dengan Tuhan untuk mendapat kebahagiaan.
"Kisah Bang Jarwo juga mendapat ridho orangtua dan hubungan dengan ibunya. Doa dari ibu tadi menjadakan Bang Jarwo dapat hidayah dan insaf," ujarnya.
Selain itu, Jarwo juga rajin berbagi kepada siapa pun, terutama dalam memproduksi tempe. Kemudian Jarwo terus belajar untuk membuat inovasi baru untuk produksi tempe agar usahanya bisa terus maju dan berkembang.
(Ghinan Salman)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Jarwo Susanto: Dulu Tolak Penutupan Dolly, Kini Sukses Jadi Pengusaha Tempe".
Baca Juga: Di Balik Nama Gang Dolly yang Melegenda, Siapakah Sebenarnya Dolly?
KOMENTAR