Pengacara Patty juga menghadirkan sejumlah ahli psikiatri untuk memperkuat argumentasinya.
Menurut mereka, saat itu Patty berada dalam tekanan fisik yang ekstrim sehingga mengalami kemerosotan mental dan mengalami cuci otak sehingga mau menerima ideologi politik SLA.
Namun Jaksa James Browning membalasnya dengan menghadirkan pakar lain yang menyatakan, keikutsertaan Patty merupakan kehendaknya sendiri sebagai wujud pemberontakannya.
Dalam persidangan, Jaksa Browning pun menunjukkan rekaman video di mana Patty tampak bersemangat ketika ikut ambil bagian dalam aksi perampokan bank bersama rekan-rekannya.
Ketika akan meninggalkan bank, ia pun tampak tersenyum kepada Cinque.
Para juri pun rupanya tak termakan dengan pembelaan cuci otak yang disampaikan pihak Patty dan menyetujui argumen yang disampaikan jaksa.
Patty dinyatakan bersalah dan mendapat hukuman 25 tahun penjara untuk keterlibatannya dalam perampokan bank dan 10 tahun penjara untuk kasus penembakan.
Namun setelah menjalani hukuman selama 22 bulan, ia beruntung mendapatkan keringanan hukuman menjadi tujuh tahun penjara dari Presiden Jimmy Carter.
Kasus Patty Hearst sendiri hingga kini masih menjadi perdebatan.
Apakah mungkin dalam kondisi ekstrem tertentu kepribadian seseorang memang bisa berubah secara drastis? Tidak ada yang bisa menjawabnya secara pasti.
Sikap Adaptif Manusia
Dr. Robert Jay Lifton dalam bukunya Thought Reform melakukan observasi terhadap para narapidana Komunis Cina pada 1950.
Hasil penelitiannya menunjukkan terjadi pergantian identitas kepribadian pada sejumlah tahanan tersebut terkait penerimaan dan penolakan mereka terhadap komunisme.
Menurut Lifton transformasi kepribadian seperti itu dimungkinkan terjadi lantaran kelenturan dan sifat adaptif manusia.
Jika tekanannya cukup kuat, orang-orang yang dihadapkan pada lingkungan dan nilai-nilai baru bisa saja mengubah seluruh pandangan mereka terhadap sesuatu.
Flo Conway dan Jim Seigelman dalam Snapping: America;s Epidemic of Sudden Personality Change juga menyuarakan pendapat senada.
Menurut mereka, pengkondisian pikiran melalui teknik-teknik tertentu dapat mengganggu kemampuan otak seseorang untuk memproses informasi yang mengarah pada perubahan cara pandang dan tekanan mental.
Dalam kasus Patty, kepribadiannya dirusak secara metodik sampai ia mengalami perubahan kepribadian secara dramatis dan traumatis.
Dari hasil wawancara Conway dan Seigelman dengan Patty, tiga tahun setelah penculikan, keduanya menilai Patty menunjukkan gejala sebagai korban pengkultusan.
Dia kerap tertawa dan menangis pada kondisi-kondisi yang ganjil, menunjukkan emosi yang tak stabil disertai kecemasan berlebihan.
Patty juga tak mampu mengisahkan secara detail pengalamannya selama disekap dan hanya menyebut itu sebagai kenangan yang samar.
Menurut Conway dan Seigelman sikap yang menghindar tersebut menujukkan adanya trauma hebat yang dialaminya sehingga ia merasa takut untuk mengisahkan tindak kriminal yang terjadi padanya. (Rahmi Fitria)
Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul “Tania Sang Revolusioner”
Baca Juga: Jessica Iskandar Resmi Bertunangan Dengan Richard Kyle: Ini Lho 5 Kelebihan Menikahi Seorang Janda
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR