Di TBO, Kusni berseragam tentara, dipegangi pistol, tapi tidak berpangkat.
Beberapa operasi dilakukannya hingga ke pedalaman seperti Kiawa, Airmadidi, dan Tondano.
Tapi karena sempat ada persoalan dengan komandan, ia pulang ke Jawa.
Sebenarnya Kusni berminat untuk ikut menjadi sukarelawan dalam pembebasan Irian Barat pada awal 1960-an.
Namun setelah tiba saat pendaftaran, ia baru tahu, sukarelawan dari sipil ternyata harus berangkat dengan biaya sendiri.
Pupus sudah harapannya untuk mengabdi kepada negaranya.
Di antara hari-hari galaunya, Kusni sempat menelusuri jalan-jalan di Ibukota.
Entah apa yang menuntunnya melangkah masuk ke sebuah museum, Museum Nasional.
Awalnya, benda-benda berusia ratusan tahun yang dipajang di tempat itu dilewatkannya begitu saja.
Baru saat masuk ke sebuah ruangan bernama Ruang Pusaka, ada semacam kegairahan tersendiri.
Di sana terdapat pedang, keris, cincin, bros, gelang, kalung yang semuanya mengandung emas, berlian, atau permata.
Sebuah rencana jahat melintas di pikirannya.
Difilmkan
Tio Pakusadewo menemukan jejak keluarga Kusnia saat mampir ke Purbalingga.
Saat itu, ia baru saja selesai nyekar ke makam kakeknya.
Ia tengah jajan es dawet di pinggir jalan saat orang-orang di sana ngobrol bahwa di sanalah terletak kuburan Kusni Kasdut.
Dari situlah Tio, yang sudah bertahun-tahun tertahan mengangkat kisah Kusni karena kehilangan jejak keluarganya, mulai melacak kembali keberadaan mereka.
Untuk mewujudkan garapan ini, Tio menggandeng Aria Kusumadewa, sutradara “Identitas”.
Produksi film ini dikabarkan akan dimulai pada September. (T.Tjahjo Widyasmoro)
Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan Judul "Jalan Panjang Kusni Menuju Eksekusi"
Source | : | Kliping MBM Tempo,Kusni Kasdut oleh Parakitri T. Simbolon |
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR