Mauro Prosperi
Mauro Prosperi merupakan petugas kepolisian Italia yang menarik perhatian dunia setelah menghilang di Gurun Sahara pada 1994. Saat itu, ia ambil bagian dalam Marathon on the Sands di Maroko. Para peserta diwajibkan bertahan selama enam hari di lingkungan paling kering dan tandus di Bumi.
Selama perlombaan berlangsung, badai pasir menyebabkan Prosperi mengalami disorientasi dan kehilangan arah.
Satu hari setelah keluar dari jalur, ia menemukan dirinya di sebuah kuil Muslim yang terbengkalai di Aljazair.
Agar bisa bertahan hidup, Prosperi membunuh dan memakan kelelawar mentah. Untuk memenuhi asupan cairan, ia terpaksa meminum urinenya sendiri, menjilat embun, dan mengisap kelembapan dari tisu basah.
Frustasi karena merasa tidak akan pernah ditemukan, Prosperi memotong pergelangan tangannya dengan pisau. Namun, karena cuaca sangat panas, itu mengeringkan luka-lukanya dengan cepat. Prosperi pun terpaksa kembali ke padang pasir dan berusaha mencari bantuan.
Selama sembilan hari, dia berjalan melintasi padang pasir dan memakan serangga serta reptil. Akhirnya, Prosperi menemukan sebuah desa kecil. Dari sana, ia dilarikan ke rumah sakit dan dokter mengatakan bahwa fungsi hatinya hampir rusak.
Berjalan selama 180 mil, Prosperi kehilangan berat sebanyak 15 kilogram. Perlu waktu beberapa bulan sebelum ia bisa mengonsumsi makanan padat lagi.
Terlepas dari apa yang dialaminya, Prosperi tidak mengalami trauma. Ia bahkan tetap menjadi pelari dan mengikuti perlombaan pada 2012.
José Salvador Alvarenga
José Salvador Alvarenga adalah seorang nelayan yang terapung di lautan selama 13 bulan. Ia merupakan orang pertama dalam sejarah yang berhasil bertahan hidup di kapal kecil yang mengambang di laut selama lebih dari setahun.
Pada 17 November 2012, Alvarenga berlayar bersama dengan nelayan muda bernama Ezequiel Cordoba. Berangkat dari desa nelayan di selatan Meksiko, mereka berencana menghabiskan waktu 30 jam untuk memburu hiu, tuna, dan ikan mahi mahi.
Beberapa jam setelah berlayar, sebuah badai menyerang mereka selama lima hari. Alvarenga menghubungi bosnya melalui panggilan radio untuk meminta bantuan. Namun sayangnya, alat tersebut rusak akibat badai. Mesin kapal pun juga mengalami kerusakan.
Tanpa persediaan makanan, dua nelayan ini bertahan hidup dengan mengonsumsi ikan mentah, penyu, dan ubur-ubur. Mereka meminum air hujan dan darah penyu.
Saat minggu berganti bulan, Cordoba sakit parah karena terlalu sering makan daging mentah. Ia pun meninggal tak lama kemudian.
Alvarenga kemudian menghabiskan waktu sembilan bulan sendirian di laut, sampai ia terdampar di Marshall Islands.
Perjuangan Alvarenga ini berlangsung selama 438 hari dan perjalanannya mencapai 5.500 hingga 6.700 mil.
Ricky Megee
Pada 23 Januari 2006, Ricky Meege sedang menyetir di wilayah Australian Outback ketika ia dicegat oleh sekelompok orang. Keesokan harinya, ia tiba-tiba terbangun dalam sebuah liang kubur dengan tubuh terbungkus plastik.
Tidak mampu menemukan mobilnya dan tak mengerti lokasi di mana ia berada, Megee dipaksa bertahan hidup selama 71 hari di medan yang berat dan berbahaya.
Dia membangun tempat berlindung menggunakan ranting dan daun. Megee hidup dari makan katak, lintah, ular, dan meminum air urinenya sendiri.
Baca Juga: Kisah Kelompok Styrians, Konsumsi Racun Berbahaya Arsenik Setiap Hari Namun Mereka Tidak Mati
Di malam hari, ia membatasi ‘tempat perlindungannya’ dengan batu agar anjing liar tidak mencoba memakannya saat tidur.
Suatu hari, seorang pekerja dari peternakan sapi tanpa sengaja menemukan Megee yang sudah sangat kurus karena kehieangan berat badan sebanyak 45 kilogram. Ia pun dibawa ke rumah sakit setempat dan dirawat selama beberapa waktu karena kekurangan gizi dan dehidrasi parah.
Artikel ini telah tayang di nationalgeographic.co.id dengan judul Minum Urine Hingga Darah Penyu, Ini 5 Kisah Bertahan Hidup Paling Ekstrem
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR