Namun, setelah diperiksa, Rasouli mengatakan bahwa itu “jelas bukan tumor otak.”
Baca Juga: Pria ini Meninggal Gara-gara Cacing Pita dalam Tubuhnya Terkena Kanker
Dokter mendiagnosis Palma dengan neurocysticercosis, infeksi parasit di otak yang disebabkan oleh cacing pita Taenia solium.
Bobbi Pritt, direktur Laboratorium Parasitologi Klinis di Departemen Kedokteran dan Patologi Laboratorium Mayo, mengatakan Taenia solium tidak umum di Amerika Serikat tetapi, ketika orang terinfeksi, parasit dapat hadir dalam dua bentuk berbeda.
Bentuk yang paling umum, katanya, adalah cacing pita dewasa, yang dicerna dari daging babi yang kurang matang dan hidup di usus.
Tapi ada cara lain yang kurang umum untuk mendapatkan parasit.
Baca Juga: Pria Ini Alami Sakit Kepala Hebat Hingga Koma Akibat Cacing Pita di Otaknya
Ini bisa membentuk telur mikroskopis dalam tinja orang dewasa, dan jika mereka tidak mencuci tangan dengan benar, mereka bisa menularkan cacing pita kepada orang lain, kata Pritt.
Misalnya, jika orang yang menderita cacing pita dewasa mendapatkan telur di tangannya dan kemudian ia menyiapkan makanan untuk orang lain, maka orang lain itu dapat secara tak sadar memakan telur-telur itu.
Kemudian, telur-telur itu melakukan perjalanan ke usus kecil, menetas menjadi larva, menembus dinding usus dan masuk ke aliran darah, di mana mereka dapat bermigrasi ke seluruh tubuh, termasuk otak.
Bentuk larva bisa muncul sebagai kista berisi cairan, tambah Pritt.
Baca Juga: Mengeluh Sakit Kepala, Ternyata Ada Cacing Pita di Otak Pria Ini
Bentuk dewasa bisa diobati dengan obat antiparasit, tetapi pengobatan untuk bentuk larva bisa kompleks dan tergantung pada lokasi dan tahap infeksi.
“Ini adalah kejadian langka,” kata Palma tentang cacing pita yang ada di otaknya.
“Namun, setiap sakit kepala bukan berarti ada parasitnya.”
Kini, Palma mengatakan bahwa gejalanya telah mereda “hampir 100 persen”.
Baca Juga: Sering Makan Daging Babi, Otak Wanita Ini Digerogoti Larva Parasit Hingga Meninggal
“Bagian terbaik dari cerita ini adalah happy ending,” katanya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR